Ke Surabaya, Dubes Jerman Puji Desentralisasi
Jumat, 08 Oktober 2010 – 07:26 WIB
Menurut dia, hubungan ekonomi Indonesia dan Tiongkok patut ditiru. Dari tahun ke tahun, neraca perdagangan dua negara naik signifikan. Apalagi, setelah implementasi perjanjian perdagangan bebas ASEAN-Tiongkok atau ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA).
Kendati sangat dekat dengan Tiongkok, kata Baas, Indonesia tetaplah negara yang netral. "Independensi Indonesia sangat menonjol. Tidak identik dengan major powers mana pun. Karena itu, negara-negara Eropa punya peluang untuk terus meningkatkan kerja sama dengan Indonesia," ungkap Baas.
Dia menyetbukan, transfer keahlian menjadi prioritas utama Jerman. Apalagi, Jerman sangat menonjol di bidang riset ilmiah. "Kami akan menularkan high- scientific standard dan kreativitas yang kami miliki (di bidang teknologi) kepada masyarakat Indonesia," tuturnya.
Agar kerja sama teknologi dan sains maksimal, kata Baas, Jerman mengimbau pemerintah Indonesia lebih terbuka kepada kalangan penanam modal asing. Kedatangan investor asing akan membuat iklim bisnis Indonesia lebih kompetitif. Selain itu, dia mendukung penerapan perdagangan bebas di antara dua negara. Selama ini diskriminasi dagang dianggap sebagai penghambat laju hubungan ekonomi antara Indonesia dan Jerman. "Saat ini sudah terbentuk panel yang secara informal membahas masalah tersebut," jelas dia.
SURABAYA - Posisi Jawa Timur dan Surabaya pada khususnya kian penting di mata asing. Hal itu terbukti dari kunjungan tiga duta besar negara-negara
BERITA TERKAIT
- Kemlu RI Berharap PM Israel Benjamin Netanyahu Segera Ditangkap
- Operasi Patkor Kastima 2024 Dimulai, Bea Cukai-JKDM Siap Jaga Kondusifitas Selat Malaka
- Hari Martabat dan Kebebasan, Simbol Ketahanan dan Harapan Rakyat Ukraina
- Gaza Menderita, Otoritas Palestina Tolak Rencana Israel Terkait Penyaluran Bantuan
- Indonesia Merapat ke BRICS, Dubes Kamala Tegaskan Sikap Amerika
- Ngebet Usir Imigran, Donald Trump Bakal Kerahkan Personel Militer