Ke Tokyo, Kali Pertama Hadiri Resepsi Pernikahan Gaya Jepang
Mempelai Pria Menangis sebelum Tinggalkan Ruangan
Senin, 07 Juni 2010 – 07:33 WIB
Asal tahu saja, naik taksi sekali duduk langsung Rp 70 ribu. Naik subway lebih ekonomis, tapi makan dan lain-lainnya masih sangat mahal. Oleh-oleh" Lupakan kalau saya ke Jepang. Gantungan kunci saja paling murah Rp 40 ribu!
Pengin makan seperti di Indonesia" Lebih lupakan lagi. Durian satu buah Rp 500 ribu. Tebu satu batang pendek Rp 30 ribu. Kelapa muda" Satu buah Rp 70 ribu. Untung saya gak suka durian!
Dulu waktu masih lebih muda (dan masih pacaran dengan orang Jepang), mungkin tidak apa-apa dipaksakan. Sekarang, benar-benar nyaris tak ada alasan untuk ke sana. Saya kali terakhir jalan-jalan di sana pada 2005, jalan-jalan pertama bersama istri. Bukan bulan madu, karena waktu itu kami berdua sama-sama sakit selama di sana!
Tapi pekan lalu, saya memang wajib ke Jepang. Pada Minggu pekan lalu (30/5), sahabat saya menikah. Namanya Kazuyuki Miyake alias Kazu, teman kuliah waktu di Sacramento City College dan California State University Sacramento (1995-1999).
Datang kawinan di Indonesia sudah biasa. Datang kawinan di Jepang, buat saya, baru kali pertama. Sangat berkesan, substansi lebih penting daripada
BERITA TERKAIT
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala