Ke Universitas Al-Azhar ketika ''Azhari'' Indonesia Bermasalah (2)
Rabu, 18 Februari 2009 – 07:24 WIB
Dengan ancar-ancar 40 persen itu, lanjut Fachir, jika jumlah mahasiswa Indonesia yang kuliah di Al-Azhar mencapai 5 ribu orang, ada sekitar 3.000 mahasiswa yang kuliahnya bermasalah.
Prihatin dengan keadaan ini, pada April 2008 lalu Fachir berinisiatif mengadakan lokakarya khusus untuk membahas masalah jebloknya performa mahasiswa Indonesia di Al-Azhar. Tidak tanggung-tanggung, semua stakeholders diundang. Mulai wakil dari Universitas Al-Azhar, pemerintah Mesir, para mahasiswa, serta para pemimpin ormas Islam di Indonesia.
Lokakarya itu berhasil memetakan beberapa masalah yang dihadapi para Azhari asal Indonesia. Pertama, kurangnya kompetensi dari calon mahasiswa baru. Banyak mahasiswa baru yang tergagap-gagap begitu masuk Al-Azhar. Terutama saat menghadapi kendala bahasa.
Meski sudah dites di Indonesia dan kemampuan bahasa Arabnya dinilai bagus, tak lantas membuat seorang calon mahasiswa tak mengalami kendala bahasa. Sebab, bahasa Arab yang digunakan di Mesir -dan menjadi bahasa pengantar kuliah- adalah bahasa Arab amniya, bukan fusha. Padahal, yang diajarkan di ponpes dan madrasah adalah bahasa Arab fusha. Tidak salah memang, karena bahasa Arab fusha adalah bahasa yang resmi.
Langkah Kedubes Mesir di Jakarta melakukan tes penerimaan mahasiswa baru Al-Azhar secara langsung dan mengesampingkan hasil seleksi Depag bukan tanpa
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408