Ke Universitas Al-Azhar ketika ''Azhari'' Indonesia Bermasalah (2)
Rabu, 18 Februari 2009 – 07:24 WIB
''Sebutkan perbedaan mazhab taqlifi dalam Islam. Berikan argumentasi, berikan dalilnya, sebutkan siapa saja ulama yang mendukung dan kontra. Terus, juga diminta beri contoh kasus yang kontroversial dalam fiqih dan menjabarkannya,'' tutur Fatkhur Rohman, mahasiswa Al-Azhar asal Demak, Jawa Tengah.
Fatkhur menjelaskan, bentuk soal tersebut sebenarnya bukan khas Al-Azhar. Banyak universitas lain yang juga menggunakan soal dengan bersub-sub jawaban seperti alur sinetron. Namun, di Al-Azhar ada satu lagi syarat untuk bisa lulus. ''Harus tahu jawaban seperti apa yang diinginkan dosennya,'' ucapnya.
Kadang ada dosen yang lebih suka jawaban singkat, kadang ada yang suka jawaban panjang.
Yang jadi masalah, kuliah di Al-Azhar, adalah hal umum seorang mahasiswa sampai tidak tahu siapa dosen yang mengampu mata kuliah yang diambilnya. Sebab, sistem perkuliahan di sana memang memperbolehkan mahasiswa tak perlu ikut dalam pertemuan tatap muka sekalipun. Prinsipnya sederhana, ''Yang penting ujian bisa. Kuliah tak kuliah itu merupakan hak''.
Langkah Kedubes Mesir di Jakarta melakukan tes penerimaan mahasiswa baru Al-Azhar secara langsung dan mengesampingkan hasil seleksi Depag bukan tanpa
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408