Ke Xiao Gang, Desa Pelopor Kemakmuran Petani Tiongkok (1)
Bisnis GPS Ambil Alih Tugas Joki Pemandu Tol
Minggu, 12 April 2009 – 06:15 WIB
Memang, mobil-mobil baru sudah banyak yang sekalian dilengkapi layar GPS. Namun, mereka yang telanjur punya mobil pun bisa membeli GPS sendiri. Tinggal memasang tumpuan di dashboard, lalu meletakkan layar GPS di situ. Toh, barangnya tidak besar. Hanya layar tipis sebesar setengah buku tulis. Layar itulah yang menerima peta dari satelit mengenai jalur perjalanan kita hari itu.
Agar sopir tidak perlu selalu melihat GPS, salah seorang di antara kami menjadi co-pilot: mencopot GPS itu dan memegangnya secara gantian. Sebenarnya juga tidak perlu dipegang. Ditaruh begitu saja juga tidak apa-apa. Toh, di samping menampilkan jalur-jalur jalan, alat ini juga bersuara: selalu memberi tahu kita apa saja yang segera kita lewati. Misalnya, 500 meter lagi akan ada jembatan (lengkap menyebut nama jembatan itu), 1 kilometer lagi akan ada jalan bercabang dan Anda harus belok ke kanan. Sesekali suara itu seperti menegur kita: Anda telah melebihi kecepatan yang diperbolehkan. Suara itu bisa dikeraskan (kalau mau) sampai seluruh penumpang bisa mendengar jelas. Tentu dalam bahasa Mandarin.
Sebelum berangkat, sopir kami memang sudah men-set-up alat itu: mau pergi ke mana. Di situ ada tombol-tombol pilihan: provinsi apa, kota apa, jalan apa, dan mau ke bangunan nomor berapa. Setelah itu, secara otomatis, jalan-jalan yang akan dilewati berwarna merah. Kita tinggal menuruti saja jalur merah itu. Maka, biarpun di depan ada persimpangan yang banyak, atau interchange yang ruwet, tidak perlu takut salah arah. Alat ini juga memberi tahu masih berapa kilometer jarak tempuh kita dan masih perlu berapa menit atau jam lagi. Perkiraan waktu tersebut tentu disesuaikan dengan kecepatan saat itu.
Tidak disangka bahwa pengembangan jalan tol di Tiongkok telah menimbulkan bisnis yang semula tidak masuk perencanaan: mode menggunakan GPS.
Setelah 30 tahun berlalu, Xiao Gang, desa tempat lahir reformasi pedesaan yang mengubah sejarah Tiongkok, termasuk belasan petani penggagasnya, masih
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408