Ke Xiao Gang, Desa Pelopor Kemakmuran Petani Tiongkok (2)
Mati Bersekongkol Lebih Baik daripada Mati Lapar
Senin, 13 April 2009 – 06:45 WIB
Xiao Gang sebenarnya hanya sebuah desa yang amat kecil. Kalau desa-desa di Tiongkok terkenal miskin, Xiao Gang termasuk yang paling miskin. Waktu itu penduduknya hanya 20 KK. Hanya ada satu jalan di kampung itu. Rumah-rumah petaninya teronggok di kiri kanan jalan itu.
Jauhnya perjalanan saya ke Desa Xiao Gang membuat saya membayangkan bagaimana keadaan desa ini 30 tahun lalu. Yakni, saat 18 petani di sana membubuhkan cap jempol rahasia yang sangat berbahaya. Dua kepala keluarga yang lain tidak ikut cap jempol karena sudah lama berkelana menjadi pengemis.
Saya jadi tahu betapa terpencil dan terisolasinya desa ini. Jalan menuju ke sana pun berupa jalan tanah. Rumah-rumah mereka semuanya beratap daun dengan tembok tanah yang dicampur kulit padi. Lantai rumah mereka juga tanah (lihat foto yang dimuat kemarin).
Penduduk desa itu, sebagaimana umumnya petani di Tiongkok waktu itu, sudah dalam keadaan sekarat kurang makan. Mereka sudah sampai pada tingkat hanya bisa makan daun apa pun yang direbus. Bumbunya hanya satu: garam. Nasinya adalah batang pohon yang dilembutkan. Kalau musim dingin, ketika daun pun tidak ada, mereka pergi ke daerah lain untuk menjadi pengemis. Sudah sangat terkenal bahwa Provinsi Anhui adalah sumber pengemis. Sekarang pun masih ada satu-dua pengemis di kota-kota di Tiongkok, dan umumnya juga dari Anhui ini.
Kemiskinan yang berkarat mendorong 18 petani di Desa Xiao Gang berani melawan sistem pertanian komunis. Perlawanannya sangat cerdik lewat istilah
BERITA TERKAIT
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas