Kearifan Lokal Harus Jadi Landasan Perfilman Indonesia di Era Digital

Kearifan Lokal Harus Jadi Landasan Perfilman Indonesia di Era Digital
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Rahayu Saraswati Djojohadikusumo Focus Group Discussion (FGD) yang digelar DRTPM Kemdikbudristek bersama UBM di Jakarta. Foto: source for jpnn

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, menekankan pentingnya kearifan lokal dalam produksi film Indonesia.

Dia menyampaikan pandangannya dalam acara Focus Group Discussion (FGD) yang digelar Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) Kemdikbudristek bersama Universitas Bunda Mulia (UBM).

FGD bertema “Permodelan Proses Produksi, Distribusi, dan Konsumsi Sinema Indonesia Pasca Disrupsi Digitisasi Film dan Layanan VOD,” itu digelar di Jakarta pada Senin (11/11).

Dalam acara itu, Rahayu menyoroti pentingnya keunikan budaya lokal sebagai kekuatan utama sinema Indonesia. Menurutnya, kearifan lokal adalah roh yang membedakan film Indonesia dari asing.

"Setiap daerah di Indonesia memiliki kekayaan budaya yang unik, dan ini seharusnya menjadi elemen utama dalam setiap produksi film kita,” ujar Rahayu Saraswati.

Pernyataan ini sejalan dengan hasil penelitian yang menunjukkan minat masyarakat Indonesia terhadap film yang mengangkat nilai-nilai budaya lokal.

Penelitian yang dipimpin oleh Dosen Prodi Magister Ilmu Komunikasi Universitas Bunda Mulia Dr. Daniel Susilo ini melibatkan 1.000 responden dari kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, dan Bali.

Studi tersebut menunjukkan adanya perubahan pola konsumsi masyarakat yang kini lebih memilih layanan video on demand (VOD) dibandingkan bioskop.

Rahayu Saraswati Djojohadikusumo menekankan pentingnya kearifan lokal dalam produksi film Indonesia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News