Kebakaran di Indonesia Picu Konsentrasi Karbon di Atmosfir yang Baru Terjadi dalam 2 Juta Tahun

Kebakaran di Indonesia Picu Konsentrasi Karbon di Atmosfir yang Baru Terjadi dalam 2 Juta Tahun
Kebakaran di Indonesia Picu Konsentrasi Karbon di Atmosfir yang Baru Terjadi dalam 2 Juta Tahun

Seorang pakar iklim terkemuka dari CSIRO juga menyebut kebakaran ini telah menghapus upaya manusia selama dua tahun terakhir dalam menurunkan emisi karbon serta upaya mencegah pemanasan global.

Kebakaran di Indonesia Picu Konsentrasi Karbon di Atmosfir yang Baru Terjadi dalam 2 Juta Tahun
Kebakaran di Indonesia menyebar ke taman nasional dan hutan hutan tropis, yang menjadi habitat orang utan yang terancam punah.


Kepala Protek Karbon Global dari CSIRO, Pep Canadell, mengatakan tingkat kandungan atau konsentrasi Kabon dioksida di atmosfir saat ini bisa melebihi 400 parts per million (ppm) untuk pertama kalinya dalam kurun waktu 2 juta tahun. Akibat dari pelepasan 1 miliar ton karbon dari kebakaran lahan yang terjadi baru-baru ini di Indonesia.

Dr Canadell mengatakan emisi harian dari kebakaran lahan di Indonesia setara dengan emisi harian di Amerika Serikat. Dan secara keseluruha mempercepat pemanasan global selama satu hingga dua tahun. "Konsentrasi emisi karbon dioksida di atmosfir tidak pernah sampai mencapai 400 ppm selama 2 juta tahun. Karenanya ini merupakan hal yang sungguh luar biasa,” kata Dr Canadell. "Kami emyakini kebakaran lahan ini dapat menjadi titik puncak dari konsentrasi karbon dioksida di atmosfir yang akan menjadi permanen pada level diatas 400ppm. Kita sebagai manusia tampaknya tidak akan menjumpai data kandungan karbon dioksida di atmosfir sebanyak 300ppm lagi.” Dengan kata lain, menurut  Dr Canadell kebakaran lahan di Indonesia semacam membuka jalan tol bagi proses perubahan iklim.  “Mulai sekarang mengarahkan keseluruhan sistem energi global untuk menurunkan tingkat emisinya ke level 0 emisi dan mempertahankan tingkat pemanaan di bumi dibawah 2 derajat (Celcius) akan menjadi sangat-sangat sulit. Dan ini membutuhkan upaya menekan emisi yang lebih cepat dari yang kita harapkan sebelumnya,” Kebakaran di Indonesia Picu Konsentrasi Karbon di Atmosfir yang Baru Terjadi dalam 2 Juta Tahun
Quentin Johnson, 56, pensiunan pemadam api di Sydney ikut menjadi relawan yang memadamkan kebakaran lahan di Kalimantan.
  Parahnya kebakaran lahan di Indonesia digambarkan sebagai bencana lingkungan dan polusi asap oleh pensiunan pemadam kebakaran, Quentin Johnson yang ikut memadamkan api di Indonesia baru-baru lalu. Pria berusia 56 tahun asal Sydney ini bergabung dengan relawan lain untuk terjun langsung memadamkan api di Kalimantan kawasan yang menjadi sumber bencana kabut asap. Johnson mengaku setibanya di Kalimatan kabut asap yang dihadapinya sangat pekat. Ia bahkan nyaris tidak bisa melihat dua jalanan yang terbentang didepannya. Standar indeks polusi (PSI) didunia itu adalah 340, tingkat PSI diatas 300 sudah digolongkan sangat berbahaya bagi manusia. Tapi di Kalimantan Johnson mengatakan PSI disana mencapai catatan tertinggi  2300 dan dia hanya bisa melihat dari jarak 10 meter didepannya. "Saya tidak suka menyebutnya sebagai asap,” ketika Ia pulang ke Sydney. “Tapi seharusnya itu disebut polusi asap, bencana lingkungan bagi seluruh Asia Tenggara,” "Dan karena angin bertiup ke arah Utara maka kita di Australia tidak terpapar asapnya, kita tidak melihatnya,” Johnson mengatakan air yang dibutuhkan untuk memadamkan api juga sudah tidak ada. "Mereka memiliki sumber mata air besar disana yang sudah lama tidak ada,” "Mereka memerangi kebakaran lahan setiap hari dengan upaya apapun yang bisa mereka lakukan. Mereka memadamkan api disatu tempat, tapi timbul api ditempat lain. Sangat menyedikan, seluruh kawasan terbakar,” Quentin Johnson ikut terlibat dalam relawan yang memadamkan kebakaran lahan di Indonesia setelah ia menjawab permintaan bantuan via lama Facebook-nya dari Tony Gilding, warga Australia yang menjabat sebagai Presiden Yayasan Pelestarian Orang Utan, sebuah organisasi yang memiliki 700 ekor orang utan dalam perawatan mereka. Dalam bencana kabut asap yang terjadi baru-baru ini, diperkirakan lebih dari 75 juta orang terdampak kabut asap dan lebih dari 500 ribu orang menderita berbagai penyakit pernafasan. 

 


Seorang pakar iklim terkemuka dari CSIRO juga menyebut kebakaran ini telah menghapus upaya manusia selama dua tahun terakhir dalam menurunkan emisi


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News