Kebanjiran Pujian di Awal Pandemi, Taiwan dan Singapura Kini Alami Lonjakan Kasus COVID-19 Lagi

Kebanjiran Pujian di Awal Pandemi, Taiwan dan Singapura Kini Alami Lonjakan Kasus COVID-19 Lagi
Taiwan pernah mengalami 253 hari tanpa kasus penularan lokal namun sekarang terjadi penigkatan kasus baru. (Reuters: Ann Wang)

Kasus Singapura menyebar dari bandara

Singapura di bulan April pernah dinobatkan oleh media Bloomberg sebagai negara nomor satu di dunia untuk ditinggali semasa pandemi, melampaui peringkat pertama sebelumnya yaitu Selandia Baru.

"Negara ini sudah berhasil menangani kasus lokal hampir menjadi nol karena penutupan perbatasan, dan program karantina yang ketat, sehingga membuat warga bisa berkegiatan dengan bebas sehari-hari, bahkan bisa menghadiri konser dan naik kapal pesiar," kata Bloomberg.

Namun kemudian terjadi peningkatan kasus lewat satu lokasi yang rawan: Bandara Internasional Changi.

Diduga seorang petugas bandara mengadakan kontak dengan seorang penumpang yang berasal dari negara berisiko yang mungkin sudah positif terkena sebelum mengunjungi tempat penjualan makanan di Changi yang terbuka untuk publik.

Banyak kasus yang kemudian dikenal sebagai klaster bandara mengidap virus varian India yang dikenal dengan B.1.617.

Beberapa pekerja di bandara sudah mendapat vaksin dua kali namun masih juga positif terkena virus.

Dale Fisher, seorang pakar penyakit menular asal Australia yang bekerja di National University of Singapura mengatakan penularan yang sekarang terjadi menunjukkan betapa bahayanya varian baru virus tersebut.

"Sebenarnya Singapura belum dilonggarkan sepenuhnya, perilaku warga juga tidak berubah banyak selama enam bulan terakhir. Tapi saya kira virusnya yang lebih berbahaya, lebih mudah menularkan,” katanya.

Menurut pakar, bertambahnya kasus COVID-19 di sejumlah negara-negara yang sempat dinilai sukses dalam menangani pandemi harus menjadi pelajaran bagi negara lainnya

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News