Kebenaran Baru
Oleh: Dahlan Iskan
jpnn.com - "Itu sih kebenaran palsu," ujar seorang ilmuwan kedokteran dalam WA-nya kepada saya.
"Tinggal sekarang mencari kebenaran yang asli," tulis Prof Dr Muhamad Nuh DEA, yang Anda sudah tahu, mantan menteri Kominfo dan menteri pendidikan di zaman Presiden SBY.
Begitu banyak saya menerima respons soal video yang viral itu: cuplikan pidato wisuda saya di perguruan tinggi yang Anda sudah tahu itu.
Dua guru besar bahkan sempat bikin tulisan agak panjang. Satunya khusus untuk saya. Jangan dipublikasikan.
Satunya lagi sebagai koreksi terhadap saya. Bukan soal isinya. "Gejala itu sudah agak lama," ujarnya. Soal isi video ia setuju banget. Tidak ada koreksi.
Sejak lama itu kapan?
"Sejak munculnya metode penelitian kuantitatif," katanya. "Karena itu saya menentang adanya penelitian kuantitatif," tambahnya.
Namanya: Prof Dr Hanif Nurcholis. Profesor doktor beneran. Bukan sekadar HC. Ia kini menjabat ketua Senat Universitas Terbuka. Mengajar juga di situ. Asli Demak. Lebih tepatnya, pelosok Demak.
Kalau peneliti kuantitatif disebut sebagai guru kebenaran baru dan para buzzer muridnya, terlihatlah bahwa di zaman ini murid telah lebih hebat dari guru.
- Dirjen Nunuk Dorong Semua Guru Ikut Organisasi Profesi, Manfaatnya Banyak
- Dirjen GTK Berharap Tidak Ada Kesalahpahaman soal Orprof Guru
- 5 Berita Terpopuler: BKN Bersikap, Nasib Honorer Tanpa Kode L Terungkap di seleksi PPPK, Cermati Penjelasannya
- Palang Rel
- Manipulasi Nilai, Antara Realitas Pendidikan dan Pencarian Kebenaran
- Seleksi PPPK Diperpanjang, Ini Langkah Pemkot Bengkulu