Keberhasilan Pertamina Raih Laba Rp15 Triliun, tak Lepas dari Dampak Positif Restrukturisasi
“Jadi semua fokus pada bidangnya dan tidak terganggu kebijakan-kebijakan lain,” tegas Mamit.
Bahkan, dengan restrukturisasi, masing-masing subholding juga bisa menjalankan penugasan pemerintah dengan baik. Tentu saja, dilakukan sambil menjalankan misi perusahaan untuk meraih laba.
“PGN, misalnya, bisa jalankan fungsinya terkait penugasan untuk menjual gas kepada konsumen industri tertentu dengan harga maksimal USD 6 per MMBTU. Tetapi di sisi lain, PGN juga harus fokus untuk mendapatkan keuntungan,” urai Mamit.
Restrukturisasi juga membuat masing-masing subholding lebih leluasa menjalankan kebijakan Pertamina.
Kondisi tersebut, menjadikan Pertamina lebih lincah dan lebih cepat membuat keputusan pada level operasional.
“Lebih cepat dan tidak bertele-tele. Karena keputusan langsung dari direktur subholding tanpa harus menunggu dari persero,” kata dia.
Restrukturisasi semacam itu, kata Mamit, memang jamak dilakukan di berbagai perusahaan migas dunia.
Karena faktanya, banyak industri migas yang menerapkan pola subholding dan pada akhirnya menunjukkan keberhasilan.
Keberhasilan meraih laba Rp15 Triliun pada Desember 2020, karena Pertamina bisa melakukan perubahan, efisiensi, dan juga skala priotas terhadap pekerjaan.
- Gandeng LAPI ITB, Pertamina Patra Niaga Gerak Cepat Investigasi Kualitas Pertamax
- Mendag Budi Santoso Apresiasi Gerak Cepat Pertamina Menyegel SPBU Nakal di Sleman
- Pertamina Eco RunFest 2024 Beri Dampak Positif, Mulai Lingkungan hingga Ekonomi
- Pertamina Eco RunFest 2024: Carbon Neutral Event untuk Kampanye Sustainable Living
- Pertamina Eco RunFest 2024 Sukses Digelar, Yayan: Hadiahnya Luar Biasa, ya
- Pertamina Eco RunFest Salurkan Donasi Kemanusiaan untuk Palestina, Sebegini Nominalnya