Kebijakan Tiga Anak Diperkenalkan di Tiongkok Untuk Mengurangi Masalah Populasi yang Menua

"Perumahan, kegiatan ekstrakurikuler, makanan, perjalanan, dan lainnya naik dengan cepat. Menaikkan batas jumlah anak tidak mungkin mengubah posisi siapa pun dengan cara yang berarti, menurut saya."
Pengumuman ini mendapat tanggapan negatif di media sosial Tiongkok, banyak warga Tiongkok mengatakan mereka tidak mampu bahkan untuk membesarkan satu atau dua anak.
"Saya bersedia beranak tiga kalau saya diberi 5 juta yuan [lebih dari Rp11 miliar]," tulis seorang pengguna Weibo.
Pertumbuhan populasi yang melambat
Dengan penduduk sebanyak 1,4 miliar orang, Tiongkok adalah negara terpadat di dunia.
Tetapi pada tahun 2050 nanti, satu dari tiga orang di Tiongkok diproyeksikan memasuki usia pensiun.
Pada tahun 2015, Tiongkok mencabut kebijakan satu anak yang telah berlangsung puluhan tahun, agar menghentikan ledakan populasi.
Kemudian diganti dengan batasan maksimal memiliki dua anak, yang gagal menaikkan tingkat kelahiran karena mahalnya biaya membesarkan anak di kota-kota di Tiongkok.
Alasan biaya ini yang kemudian menghalangi banyak pasangan muda untuk berkeluarga.
Perubahan ini disetujui dalam pertemuan komite Partai Komunis yang dipimpin oleh Presiden Xi Jinping, menurut kantor berita resmi Xinhua.
- Dunia Hari Ini: Mobil Tesla Jadi Target Pengerusakan di Mana-Mana
- Kabar Australia: Pihak Oposisi Ingin Mengurangi Jumlah Migrasi
- Dunia Hari Ini: Unjuk Rasa di Turki Berlanjut, Jurnalis BBC Dideportasi
- Dunia Hari Ini: Kebakaran Hutan di Korea Selatan, 24 Nyawa Melayang
- 'Jangan Takut': Konsolidasi Masyarakat Sipil Setelah Teror pada Tempo
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Krisis Telur, Sampai Terpaksa Impor