Kebun Binatang
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
Assegaf mengecek ke polisi dan ternyata tidak menemukan laporan mengenai dirinya.
Assegaf marah dan menyemprot Erick Thohir dengan semprotan ala kebun binatang.
Ungkapan kebun binatang juga dipakai untuk menggambarkan kondisi sebuah organisasi yang anggotanya punya berbagai karakter dari berbagai jenis manusia yang campur baur, mulai dari ustadz sampai preman.
Ketua organisasi itu disebut ibarat memimpin kebun binatang. Di dalamnya lengkap ada berbagai karakter, mulai dari karakter monyet, buaya, biawak, babi, celeng, kerbau, ular, keledai, dan seterusnya.
Seorang pemimpin yang baik harus mampu mengelola semua karakter yang ada di kebun binatang itu, sehingga bisa memaksimalkan potensi mereka dan mengeliminasi, atau paling tidak meminimalisasi, potensi destruktifnya.
Kalau ditarik ke skala yang lebih besar maka tamsil ini berlaku bagi pemimpin di negeri kita ini dalam kondisi sekarang.
Pemimpin nasional sekarang ibarat memimpin kebun binatang, harus pintar memainkan irama kapan si monyet harus tampil dan kapan monyet harus minggir.
Begitu juga dengan binatang-binatang lainnya, mereka harus ditampilkan pada momentum yang tepat sehingga potensi mereka bisa dimaksimalkan.
Bukan sebuah kebetulan bahwa sekarang ini lanskap politik Indonesia diwarnai dengan terminologi kebun binatang.
- Konfigurasi Politik Nasional Dinilai Tak Mendukung Sikap Polisi untuk Humanis
- Pengamat Nilai Kritik 'The Economist' kepada Prabowo Tak Sesuai Kenyataan
- LSI Denny JA Beberkan Angka Golput Meningkat di Pilkada 2024
- PUI Apresiasi Kerja Polri di Pengamanan Pilkada 2024
- PWNU Jateng Sebut Pilkada Membuktikan Kedewasaan Politik Warga
- Sering Dapat Tawaran, Ayu Ting Ting Tetap Ogah Terjun ke Dunia Politik