Kecam Kekerasan Aparat, Jurnalis Gelar Aksi Kamisan di Depan Polda Jateng

Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Semarang Aris Mulyawan menyatakan bahwa Jawa Tengah kini berada dalam kondisi darurat kebebasan pers.
"Kekerasan terhadap jurnalis akhir-akhir ini meningkat. Bukan hanya menimpa media arus utama, tapi juga pers mahasiswa. Ini pertanda demokrasi sedang sekarat," katanya.
Aris menambahkan saat kebebasan berpendapat dan kebebasan akademik dibungkam, maka hal itu menjadi sinyal kematian demokrasi di Indonesia.
"Kita sebagai pilar demokrasi tidak boleh diam. Sebelum kehancuran benar-benar terjadi, kita harus bersatu melawan penindasan dan ketidakadilan," kata redaktur Harian Suara Merdeka itu.
Pengacara publik dari LBH Semarang, Fajar Muhammad Andhika, juga turut berorasi. Dia menegaskan bahwa kebebasan pers adalah penyangga utama negara demokrasi.
"Jika negara melalui aparatnya berani melakukan kekerasan terhadap jurnalis, itu bukti bahwa demokrasi sedang dalam ancaman serius," kata Dhika.
Sebagai simbol matinya demokrasi, peserta aksi menyalakan dupa di atas replika makam bertuliskan “RIP Demokrasi” dan menaburkan bunga di sekitarnya.
Aksi berlangsung hingga pukul 18.30 WIB dan ditutup dengan pembacaan lima tuntutan oleh Sekretaris Jenderal AJI Semarang, Iwan Arifianto.(wsn/jpnn)
Ratusan jurnalis bersama aliansi masyarakat sipil menggelar Aksi Kamisan di depan Markas Kepolisian Daerah Jawa Tengah (Mapolda Jateng), Kamis (17/4).
- Kasus Oknum TNI AL Bunuh Juwita, 4 Saksi Dilindungi LPSK
- Elnusa Petrofin Perkuat Hubungan Harmonis dengan Jurnalis Lewat Silaturahmi
- Kamar Indekos Disatroni Maling, Jurnalis Kehilangan Rp 20 Juta
- Pimpinan Komisi III Janji Kawal Proses Hukum Kasus Kematian Jurnalis Palu di Jakarta
- Seusai Bunuh Jurnalis Juwita, Oknum TNI AL Mendatangi Keluarga Korban
- Ajudan Kapolri Tempeleng Jurnalis, Pengamat: Nilai Humanis Hanya Jargon