Kecepatan Kereta Cepat yang Amat Cepat
Sabtu, 23 Juli 2011 – 08:12 WIB
Susunan kursi di kereta ini mirip dengan di pesawat, tapi lebih lapang. Jarak dengan kursi depannya sangat longgar. Dengan kursi seperti itu, banyak penumpang yang langsung terlelap. Apalagi tidak ada gangguan suara glek-glek, glek-glek, glek-glek dari rodanya.
Di tengah lelapnya penumpang itu, tiba-tiba banyak yang terbangun. Yakni, ketika dari balik pintu yang memisahkan satu gerbong dengan lainnya terdengar teriakan orang yang sangat keras dengan nada marah yang hebat. Ketika pintu tertutup, suara itu hilang. Tapi, setiap pintu terbuka karena ada orang yang hendak ke toilet, suara itu kembali mengagetkan seluruh penumpang. Tiga jam lamanya orang itu berteriak-teriak seperti itu di telepon genggamnya. Tanpa henti. Dari kata-katanya dengan jelas bisa diketahui bahwa dia sedang bertengkar dengan ceweknya. Entah istri, entah pacar. Dia mengutuk habis-habisan ceweknya yang keluar rumah sampai jam 02.00. Dan segudang maki-makian lainnya.
Saya sendiri tidak menghiraukan. Saya memang memutuskan untuk tidak tidur sepanjang perjalanan ini. Tapi, itu karena saya ingin tahu apa saja yang terjadi sepanjang perjalanan. Saya juga berjalan-jalan ke gerbong ekonomi, ke gerbong restoran, dan ke toiletnya yang dua macam itu: duduk dan jongkok.
Tentu saya juga ingin tahu bagaimana kalau kereta ini melewati stasiun besar. Apakah tetap dengan kecepatan 300 km/jam atau dilambatkan. Stasiun besar pertama yang harus dilewati adalah Tianjin, kota yang saya pernah lama tinggal di sana. Memang tidak semua kereta cepat singgah di Tianjin. Yang saya naiki ini, GT 98, yang berangkat jam 16.00 dari Beijing, termasuk yang tidak berhenti di Tianjin.