Kecerdasan Buatan Mendefinisikan Perempuan yang Cantik, tetapi Malah Memicu Masalah
Sebuah studi penelitian yang dilakukan oleh Cornell University pada bulan Maret tahun ini mengungkapkan model AI kebanyakan menggambarkan profesi bergaji tinggi, seperti pengacara, hakim, atau CEO sebagai pria berkulit lebih terang
Sedangkan orang berkulit gelap lebih banyak mewakili profesi bergaji rendah seperti "petugas kebersihan" dan "pelayan makanan cepat saji".
Lantas apakah ada solusinya? Dr Antonette menunjukkan setidaknya ada beberapa yang bisa dilakukan.
"Pengembang teknologi dan perusahaan yang meluncurkan layanan harus memastikan kalau AI mereka melakukan diversifikasi kumpulan data secara adil dan merata, juga menghindari keterwakilan berlebihan pada kelompok orang tertentu," katanya.
Dr Antonette mengatakan kunci lainnya adalah para peneliti yang harus meningkatkan akuntabilitas dan transparansi.
"Hal ini dilakukan dengan menerbitkan model open-source yang bisa ditantang dan dikembangkan oleh pihak lain dengan menambahkan data yang lebih beragam," katanya.
"Merangkul keberagaman dalam data, memperjuangkan transparansi, dan menggunakan alat AI dengan bijaksana bisa membawa kita menuju masa depan di mana AI akan bermanfaat bagi semua orang, tanpa mempertahankan stereotip yang merugikan."
Artikel ini dirangkum dan diproduksi oleh Erwin Renaldi dari laporan ABC News
Kecerdasan Buatan atau AI membuat gambar dari para perempuan yang dianggap cantik dari berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia
Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif
- Kabar Australia: Lebih Banyak Pria Gen-Z Australia yang Mengaku Religius Ketimbang Perempuan
- Dunia Hari Ini: Mobil Dibakar Dalam Serangan Antisemitisme di Australia
- PT Indo Cipta Estetika Hadirkan Berbagai Inovasi Kecantikan yang Mengedepankan Keamanan
- Sejumlah Alasan Kenapa Perusahaan di Australia Batal Mensponsori Visa
- Tahun Depan Diprediksi Jadi Kejayaan Bisnis yang Terintegrasi GenAI & AI
- Dunia Hari Ini: Warga Suriah Mengambil Barang-barang di Istana Assad