Kecewa di Rumah Soekarno, Terkesan di Kebon Rojo
Penelusuran berikutnya adalah menuju rumah kelahiran Soekarno di Jalan Pandean IV/40. Begitu memasuki gang rumah itu, Shiraishi sudah dibuat terkesima ketika melihat gambar mural di dinding kanan dan kiri gang. Sebab, gambar tersebut bercerita tentang sejarah perjuangan Soekarno dan arek-arek Suroboyo.
Tapi, dia agak kecewa ketika tiba di depan rumah yang disebut-sebut sebagai tempat kelahiran Soekarno. Sebab, dia tidak boleh masuk ke rumah bersejarah itu. Rumah tersebut memang sudah ditetapkan sebagai cagar budaya. Tapi, Pemerintah Kota Surabaya belum bisa mengelolanya.
’’Rumah ini masih rumah pribadi. Belum milik pemerintah sehingga wajar kalau pengunjung tidak boleh masuk,’’ jelas Ady.
Mendapat penjelasan seperti itu, Shiraishi bisa memahami. Dia lalu mengajak sejumlah warga untuk berfoto bersama di depan rumah sederhana tersebut. Shiraishi juga menyempatkan untuk melihat sekeliling rumah yang tertutup rapat tersebut. Sesaat kemudian, dia berpamitan.
’’Terima kasih, terima kasih,’’ ucapnya sambil membungkukkan badan. ’’Sama-sama, Bu,’’ jawab warga sembari menjabat tangan peneliti ramah tersebut.
Setelah itu, rombongan melanjutkan perjalanan ke rumah tokoh pergerakan H.O.S. Tjokroaminoto di Jalan Peneleh IV/29-31. Kali ini Shiraishi dan muridnya disambut hangat oleh juru kunci rumah kos-kosan Soekarno saat sekolah di HBS, Eko Hadiratno. Eko pun menjelaskan sejarah rumah itu, termasuk cerita seputar pernikahan Soekarno dengan Oetari, putri Tjokroaminoto.
Dia juga menunjukkan loteng yang biasa dipakai untuk diskusi oleh Soekarno dkk. ’’Tapi, saya tidak berani naik ke atas,’’ ujar Shiraishi. Dia memilih duduk di ruang tamu. Mungkin ingin merasakan aroma masa lalu yang pernah terjadi di rumah mungil tersebut. Pemandangan itu tak luput dari jepretan kamera Tsutsumi.
Dari rumah Tjokroaminoto, Shiraishi melanjutkan penelusuran sejarah Soekarno di Surabaya dengan mengunjungi SMA kompleks di Jalan Wijaya Kusuma. Di kompleks SMAN 1 dan 2 itulah sekolah HBS pindah dari Kebon Rojo.
Prof Saya Shiraishi begitu cekatan mengeluarkan peta Surabaya dari tas ranselnya. Sebuah lingkaran kecil telah disematkan di titik Jalan Tunjungan
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408