Kehidupan Warga Palestina di Jalur Gaza Pascaperang
Belanja Roti Gandum Harus Jalan Empat Kilometer
Senin, 02 Februari 2009 – 07:49 WIB
Dia kemudian menunjukkan satu bungkus besar roti ish. Roti gandum yang menjadi makanan pokok orang Arab itu dibeli seharga 15 sheqilam (baca: sekel, mata uang Israel yang berlaku di Gaza). Padahal, sebelumnya hanya 7 sekel (satu sekel setara dengan sekitar Rp 3 ribu).
Ketika di rumah, keluarga Ahmad hanya bisa bercengkerama dalam gelap. Satu-satunya penerangan di rumah yang sepertiganya rusak itu adalah dua cahaya lilin. ''Mereka (Israel) membuat hidup semakin sulit. Jangan salahkan kalau kami terus melawan,'' katanya.
Ahmad pantas marah karena salah satu anaknya, Naseem, 15, ikut tewas terkena bom di dekat rumahnya pada 8 Januari lalu. Hingga kini dia belum menerima bantuan apa pun dari pihak luar. ''Kami hanya mendapat bantuan seadanya dari Islamic Centre (sebuah organisasi sosial milik Hamas di Jalur Gaza, Red),'' tuturnya. Karena Hamas memang tak punya uang banyak, bantuan yang diterimanya hanya USD 1.000 atau sekitar Rp 11 juta.
Ahmad tak sendiri. Boleh dikatakan 1,5 juta jiwa penduduk Gaza memang menderita. Sejak diembargo habis-habisan oleh Israel (dan secara tak langsung oleh Mesir dengan menutup perbatasan Rafah) pada 2006 lalu, penduduk di Jalur Gaza memang betul-betul hidup dalam kekurangan. Lebih-lebih setelah serangan 22 hari Israel pada Januari lalu.
Kehidupan tidak pernah mudah bagi warga Jalur Gaza. Perang selama sekitar tiga pekan dengan Israel semakin memperberat hidup. Hancurnya infrastruktur
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408