Kehidupan Warga Palestina di Jalur Gaza Pascaperang

Belanja Roti Gandum Harus Jalan Empat Kilometer

Kehidupan Warga Palestina di Jalur Gaza Pascaperang
Foto : Kardono Setyo/JAWA POS
Ekonomi tak berputar lancar dan pendapatan juga tak menentu. Bahkan, pegawai negeri pun sering tak terima gaji. Seperti yang dialami Naseer. Pria yang sehari-hari bertugas sebagai polisi itu sudah delapan bulan tak menerima gaji. ''Per bulan saya seharusnya mendapat 1.000 sekel,'' katanya.

Untuk hidup, sehari-hari Naseer hanya mendapat ransum makan dari kantor. Kendati demikian, bukan berarti semangatnya merosot. Dia tetap dinas dan menjalankan tugas. ''Semuanya gara-gara Israel,'' kata pendukung Hamas itu.

Penduduk Gaza memang pantas nelangsa. Harga-harga barang membubung tinggi. Ikan segar, misalnya, yang biasanya hanya 10 sekel mendadak menjadi 35 sekel (sekitar Rp 100 ribu) per kilogramnya. Harga daging juga melambung tinggi. Dari yang semula 25 sekel menjadi 40 sekel.

Seperti yang dialami Jawa Pos, harga makan dua kerat daging -lengkap dengan roti dan sayur serta secangkir teh hangat- di sebuah warung sederhana pinggir jalan Jalur Gaza adalah 15 sekel. Untuk porsi dengan isi yang sama (nasi campur dengan lauk daging) di Surabaya di warung pinggir jalan tak sampai Rp 10 ribu.

Kehidupan tidak pernah mudah bagi warga Jalur Gaza. Perang selama sekitar tiga pekan dengan Israel semakin memperberat hidup. Hancurnya infrastruktur

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News