Kehidupan Warga Palestina di Jalur Gaza Pascaperang

Belanja Roti Gandum Harus Jalan Empat Kilometer

Kehidupan Warga Palestina di Jalur Gaza Pascaperang
Foto : Kardono Setyo/JAWA POS
Abdullah sendiri memperkirakan untuk membuat rumah tingkat duanya menjadi kembali utuh butuh biaya lebih USD 100 ribu. Lalu, bagaimana merenovasinya? Abdullah Muhammad angkat bahu. ''Saya tak tahu,'' tuturnya.

Kondisi itu diperparah dengan ketiadaan pekerjaan yang layak bagi para pencari kerja. Praktis, semua sektor riil di Jalur Gaza 90 persen lumpuh. Hingga Jumat (30/1) lalu, masih banyak warung yang tutup. Toko pun hanya sebagian yang buka.

Satu-satunya jenis pekerjaan yang tersedia adalah terkait dengan masalah krisis ini. Seperti relawan, pengantar para wartawan maupun relawan, dan para pekerja media. Semua penduduk di Gaza City kalau tidak menjadi perawat, relawan tim medis, ya menjadi guide dan sopir.

Menurut Mahmood Said, salah satu relawan perawat, dia mendapat upah USD 300 per bulan. Karena masih bujang, Mahmood tak terlalu pusing. Namun, tetap saja uang yang diterima itu pas-pasan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. ''Meski saya masih bujang, uang sebesar itu mepet,'' urainya.

Kehidupan tidak pernah mudah bagi warga Jalur Gaza. Perang selama sekitar tiga pekan dengan Israel semakin memperberat hidup. Hancurnya infrastruktur

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News