Kehidupan Warga Palestina di Jalur Gaza Pascaperang
Belanja Roti Gandum Harus Jalan Empat Kilometer
Senin, 02 Februari 2009 – 07:49 WIB
Abdullah sendiri memperkirakan untuk membuat rumah tingkat duanya menjadi kembali utuh butuh biaya lebih USD 100 ribu. Lalu, bagaimana merenovasinya? Abdullah Muhammad angkat bahu. ''Saya tak tahu,'' tuturnya.
Kondisi itu diperparah dengan ketiadaan pekerjaan yang layak bagi para pencari kerja. Praktis, semua sektor riil di Jalur Gaza 90 persen lumpuh. Hingga Jumat (30/1) lalu, masih banyak warung yang tutup. Toko pun hanya sebagian yang buka.
Satu-satunya jenis pekerjaan yang tersedia adalah terkait dengan masalah krisis ini. Seperti relawan, pengantar para wartawan maupun relawan, dan para pekerja media. Semua penduduk di Gaza City kalau tidak menjadi perawat, relawan tim medis, ya menjadi guide dan sopir.
Menurut Mahmood Said, salah satu relawan perawat, dia mendapat upah USD 300 per bulan. Karena masih bujang, Mahmood tak terlalu pusing. Namun, tetap saja uang yang diterima itu pas-pasan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. ''Meski saya masih bujang, uang sebesar itu mepet,'' urainya.
Kehidupan tidak pernah mudah bagi warga Jalur Gaza. Perang selama sekitar tiga pekan dengan Israel semakin memperberat hidup. Hancurnya infrastruktur
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408