Keindahan Kolam Susuk yang Memukau Koes Plus
Rabu, 10 April 2013 – 10:01 WIB
"Biasanya ramai kalau Sabtu, Minggu, atau hari libur," ungkap Paul Britto, warga Atambua. Paul dan keluarganya mengungsi dari Timor Timur saat pergolakan kemerdekaan bekas provinsi ke-27 Indonesia itu pada 1999. Kala itu, Paul masih SMA. Kini dia sudah bekerja sebagai staf salah satu perusahaan daerah di Kabupaten Belu.
Dari Atambua, jalur menuju Kolam Susuk sejatinya cukup asyik. Perjalanan dengan menggunakan sepeda motor hanya sekitar setengah jam. Jalurnya berkelok-kelok, naik turun, melewati lembah dan tebing. Tapi, jalannya beraspal mulus. Hanya ada satu"dua ruas yang diperbaiki lantaran ada bekas longsor.
Pemandangan di Kolam Susuk tampak elok. Kolam itu berupa danau besar yang alami. Di sekelilingnya terlihat tebing-tebing yang menjulang tinggi seolah-olah melindungi keasrian Kolam Susuk. Di sana sini terdapat pohon kedondong hutan dan bakau yang membuat Kolam Susuk terasa berangin sejuk meski matahari menyengat.
Meski sepi, satu"dua perubahan terus diupayakan secara perlahan oleh pemerintah setempat. Misalnya, di beberapa sudut terlihat bungalo-bungalo kecil untuk tempat berteduh. Ada pula bungalo besar yang menjorok ke salah satu kolam, tempat orang bisa menikmati bandeng bakar yang dimasak secara khas.
Nusa Tenggara Timur (NTT) akan punya perhelatan besar tahun ini. Bekerja sama dengan pemerintah pusat, NTT menggelar Sail Komodo 2013. Parade akbar
BERITA TERKAIT
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala