Keji! 33 Penumpang Kereta Tewas Dibantai di Stasiun
jpnn.com - YUNNAN - Provinsi Yunnan Tiongkok Berduka. Peristiwa pembantaian brutal yang menewaskan puluhan warga terjadi di depan umum terjadi di sana.
Para korban itu adalah penumpang dan calon penumpang yang sedang berada di Stasiun Kumning, Provinsi Yunnan.
Setidaknya 33 orang dilaporkan tewas mengenaskan dengan bersimbah darah di beberapa lokasi di stasiun. Misalnya di ruang tunggu, loket hingga di jalanan sekitar stasiun. Tak hanya itu 162 orang dilaporkan mengalami luka serius akibat penyerangan itu.
Menurut polisi setempat, pelaku pembantian itu adalah kelompok orang tak dikenal yang bersenjatakan pisau dan senjata tajam jenis lainnya. Para pelakujuga berpakaian serba hitam-hitam.
Dilansir Xinhua News Agency, peristiwa itu terjadi Sabtu (1/3) sekitar pukul 21.00 waktu setempat. Kala itu kesibukan di salah satu stasiun terbesar di bagian barat daya Tiongkok berlangsung seperti biasa.
Tiba-tiba suara teriakan pecah setelah datang segerombolan menggunakan pisau dan menyerang para pengguna jasa kereta itu.
"Saya melihat orang-orang itu datang membawa pisau panjang dan menyerang orang-orang disana. Saya langsung teriak dan lari bersama yang lainnya," kata Yang Haifei, seorang penumpang yang kala itu berada di lokasi kejadian seperti dilansir Daily Mail.
Ternyata meraka tak hanya menakut-nakuti. Tapi benar-benar berbuat brutal nan keji. Orang-orang di sana dibantai pakai pisau. Karena memang tak punya senjata untuk membela diri, para korban itu pun bertumbangan.
YUNNAN - Provinsi Yunnan Tiongkok Berduka. Peristiwa pembantaian brutal yang menewaskan puluhan warga terjadi di depan umum terjadi di
- Beda dengan Prabowo, Trump Tunjuk Utusan Khusus Presiden untuk Atasi Krisis Ukraina
- Wapres Sara Duterte Digugat Pidana oleh Kepolisian Filipina
- Rawhi Fattuh Jadi Calon Kuat Presiden Palestina, Siapakah Dia?
- Mahmoud Abbas Keluarkan Dekrit Demi Penggantinya di Jabatan Presiden Palestina
- BPK Dorong Tata Kelola Pendanaan Iklim yang Transparan dan Efektif
- Hubungan Presiden dan Wapres Filipina Retak, Beredar Isu Ancaman Pembunuhan