Kekecewaan Suburkan Terorisme

Kekecewaan Suburkan Terorisme
Kekecewaan Suburkan Terorisme
"Saya pernah ketemu Abu Bakar Baasyir. Saya minta polisi untuk berikan obat kepada dia. Beda dengan koruptor yang masih dikasih obat dan ke rumah sakit. Kalau seperti itu polanya nanti banyak kecewa, melihat perlakuan seperti itu," ujar Saleh Daulay, Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah yang juga hadir dalam diskusi itu.

Masyarakat, kata dia, juga harus berhenti menghakimi kelompok tertentu atau umat Islam sebagai akar teroris. Hal itu, menurutnya, hanya akan memperkeruh suasana. Mereka butuh diajak berkomunikasi untuk didengarkan aspirasinya, tak hanya dihakimi.

"Kalau mau dialog, harus coba pahami pikiran mereka. Mereka juga harus diberi ruang. Kalau terus dituduh kan lama-lama akan sakit hati, ini yang menimbulkan dendam. Pikirkan juga situasi di negara ini, kebodohan dan kemiskinan jadi musuh bersama bangsa ini yang harus dipikirkan," tegas Saleh.

Dialog, lanjutnya,  akan membantu meminimalisir pandangan radikal yang berujung anarkis. Masyarakat maupun kelompok radikal harus sama-sama berani membuka diri untuk berdialog.

JAKARTA - Terorisme muncul bukan tanpa sebab. Menurut Peneliti-Gerakan Islam Indonesia, Edy Sudarjat, dulunya motif aksi teror adalah kebencian pada

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News