Kekecewaan Suburkan Terorisme
Minggu, 09 September 2012 – 01:01 WIB
"Saya pernah ketemu Abu Bakar Baasyir. Saya minta polisi untuk berikan obat kepada dia. Beda dengan koruptor yang masih dikasih obat dan ke rumah sakit. Kalau seperti itu polanya nanti banyak kecewa, melihat perlakuan seperti itu," ujar Saleh Daulay, Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah yang juga hadir dalam diskusi itu.
Masyarakat, kata dia, juga harus berhenti menghakimi kelompok tertentu atau umat Islam sebagai akar teroris. Hal itu, menurutnya, hanya akan memperkeruh suasana. Mereka butuh diajak berkomunikasi untuk didengarkan aspirasinya, tak hanya dihakimi.
"Kalau mau dialog, harus coba pahami pikiran mereka. Mereka juga harus diberi ruang. Kalau terus dituduh kan lama-lama akan sakit hati, ini yang menimbulkan dendam. Pikirkan juga situasi di negara ini, kebodohan dan kemiskinan jadi musuh bersama bangsa ini yang harus dipikirkan," tegas Saleh.
Dialog, lanjutnya, akan membantu meminimalisir pandangan radikal yang berujung anarkis. Masyarakat maupun kelompok radikal harus sama-sama berani membuka diri untuk berdialog.
JAKARTA - Terorisme muncul bukan tanpa sebab. Menurut Peneliti-Gerakan Islam Indonesia, Edy Sudarjat, dulunya motif aksi teror adalah kebencian pada
BERITA TERKAIT
- ABPPTSI Mengadu ke Mendiktisaintek, Banyak Masalah Serius
- Honorer yang Sulit Daftar PPPK Tahap 2 Bisa Praktikkan Solusi MenPAN-RB
- PT KSEI Gandeng Yayasan Felix Maria Go Bagikan Susu dan Biskuit Bergizi di NTT
- Menteri Impas: 16 DPO Internasional Ditangkap Sepanjang 2024
- Waka MPR Sebut Layanan & Kualitas Kesehatan Masyarakat Harus Direalisasikan
- Dukung Penanaman Pohon di Hulu Sungai Ciliwung, Pertamina: Memiliki Manfaat Besar