Kekeluargaan Tapi Kapitalistik

Kekeluargaan Tapi Kapitalistik
Kekeluargaan Tapi Kapitalistik
Sekedar bandingan kita teringat AS semasih perang Irak dulu. Ekonomi makro AS, katanya rancak, misalnya PDB dan yang nganggur sedikit dan indeks saham Dow Jones menembus 12.000, untuk kali pertama. Tapi ekonom dan peraih Nobel Krugman melihat hanya selapis kecil masyarakat yang menikmati kejayaan ekonomi AS. Lebih banyak yang “poor” (miskin) dan unfair (tidak adil).

Gaji yang lumayan disedot inflasi dan jumlah orang miskin beranak-pinak. Tatkala keuntungan perusahaan melambung, gaji para CEO pun melangit. Jika gaji mereka 30 kali lipat dibanding karyawan pada 1970-an, malah meroket 300 kali lipat pada 2006. Artinya, sebagian direksi BUMN kita sudah berstandar AS juga, dong?

***

Melihat fakta besarnya kenikmatan direksi bank BUMN, termasuk di BNI, BRI dan BTN, walau masih di bawah BCA dan Danamon, tampaknya BUMN yang dulu dicita-citakan Soekarno-Hatta sesuai pasal 33 UUD 1945 telah mengalami transformasi. Dari PN, Persero dan menjadi PT dan akhirnya perusahaan terbuka. Apakah wataknya telah diubah menjadi institusi kapitalisme?

SESEKALI enak juga berbicara tentang orang kaya. Setidaknya agar orang-orang miskin yang pengeluarannya Rep 211.000 sebulan alias hanya hampir Rp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News