Kekerasan di Sekolah Akibat Gagalnya Pendidikan Karakter

jpnn.com - JAKARTA - Program pendidikan karakter yang dicanangkan pemerintah sejak 2011 dinilai telah gagal dan perlu dievaluasi ulang. Lantaran pendidikan karakter siswa dan mahasiswa mulai terkikis dengan kemajuan teknologi.
“Daripada fokus mengurus UN yang juga sarat manipulasi, lebih baik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengurus pembinaan karakter siswa dan mahasiswa,” Ketua Asosiasi Dosen Indonesia Saleh Partaonan Daulay kepada INDOPOS (Grup JPNN.com), Jakarta, Sabtu (10/5).
Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah ini mengatakan kekerasan-kekerasan yang masih terjadi di kampus dan sekolah merupakan indikasi konkrit program pendidikan karakter tidak berhasil. Anggaran negara yang dihabiskan untuk program itu dinilai telah gagal menanamkan karakter pada peserta didik.
“Apalagi dengan teknologi digital yang semakin mewabah, ancaman dekadensi moral di kalangan generasi muda semakin terbuka. Saat ini, krisis moral di negara-negara lain, dengan mudah diakses di Indonesia,” kata Saleh.
Selain itu, kekerasan yang dilakukan anak-anak tidak akan serta merta terjadi. Bisa saja anak-anak mencontoh tindak kekerasan dari permainan daring, permainan video dan tayangan televisi. “Memang aneh, anak-anak SD saat ini memiliki ponsel yang canggih tidak kalah dari orang tua atau gurunya. Tidak heran anak SD sudah bisa bermain di dunia maya dan berkomunikasi di jejaring sosial,” jelas Saleh.
Saleh menambahkan penggunaan ponsel canggih oleh anak-anak tentu ada dampak positifnya. Namun, dampak negatifnya harus diantisipasi. “Permainan daring semakin mudah didapatkan. Tidak perlu lagi di warnet atau penyewaan permainan video, kini bisa di kelas atau di rumah,” tutur dia.
Untuk itu, sambungnya, sebaiknya sekolah membuat aturan yang tidak memperbolehkan siswa SD dan SMP membawa ponsel yang terhubung internet. “Kalau mau belajar komputer dan internet, siswa dipersilakan ke laboratorium komputer dan didampingi guru,” lontar Saleh. (fdi)
JAKARTA - Program pendidikan karakter yang dicanangkan pemerintah sejak 2011 dinilai telah gagal dan perlu dievaluasi ulang. Lantaran pendidikan
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Penjurusan IPA, IPS, Bahasa di SMA Berlaku Mulai Tahun Ajaran Baru
- FH UKI dan Universitas Sevilla Jalin Kerja Sama di Bidang Riset dan Akademis
- Mendikdasmen: Tunjangan Guru Honorer Non-Serdik Tidak Dihitung dari Januari
- Program Lampu Belajar: Anak Sekolah di Desa pun Berhak Menjadi Cerdas
- Berkontribusi untuk Dunia Pendidikan, FKS Inspire Beri Pelatihan Skill untuk Guru dan Siswa SMK
- Waka MPR Dorong Pengembangan Kompetensi Berkelanjutan Bagi Guru Harus Dijalankan