Kekerasan Terhadap Pemuka Agama Tamparan Bagi Pemerintah
jpnn.com, JAKARTA - Ketua Setara Institute Hendardi menilai, fenomena yang terjadi akhir-akhir ini merupakan 'tamparan' keras bagi pemerintah dan tokoh agama.
Pasalnya, baru-baru ini telah diselenggarakan Musyawarah Besar Pemuka Agama untuk Kerukunan Bangsa di Jakarta, 8-10 Februari kemarin.
Tapi peristiwa persekusi terhadap pemuka agama justru tetap terulang.
Paling baru sebagaimana diberitakan salah satu media online, seorang ustaz diserang sekelompok orang diduga anak punk di Kemanggisan, Palmerah, Jakarta Barat.
Serangan juga terjadi terhadap peribadatan umat Katolik di Gereja St Ludwina, Desa Trihanggo, Gamping, Sleman, DI Yogyakarta, Minggu (11/2).
Menyebabkan Romo Prier dan beberapa petugas gereja mengalami luka berat akibat sabetan senjata tajam.
Kemudian, persekusi menimpa Biksu Mulyanto Nurhalim dan pengikutnya di Desa Caringin, Legok, Tangerang, Banten pada 7 Februari lalu dan baru viral di media sosial pada 9-10 Februari.
Sebelumnya, dua serangan brutal terhadap tokoh agama juga terjadi. Yaitu, terhadap ulama, tokoh NU dan pengasuh Pondok Pesantren Al-Hidayah Cicalengka Bandung, Kiai Umar Basri, terjadi pada 27 Januari lalu.
Gereja katolik di Yogyakarta diserang sehingga mengakibatkan pemuka agama dan petugas terluka.
- Pembantaian di Gereja Katolik, 15 Umat Tewas Mengenaskan Saat Misa Minggu
- Pria Berparang Satroni 2 Gereja, Pendeta Jadi Sasaran, Banjir Darah
- Romo Prier Minta Umat Kristiani Maafkan Penyerangnya
- Demi Keamanan, Densus Garap Penyerang Gereja di Mako Brimob
- Ketum Projo Sudah Tahu Dalang di Balik Teror ke Pemuka Agama
- Aiptu Ali Munir, si Penembak 2 Kaki Penyerang Jemaat Gereja