Kekhawatiran Posisi Australia di Indo-Pasifik Tergeser dengan dilemahkannya Studi Asia di Universitas

Universitas dengan omset tahunan kurang dari A$1 triliun dapat mengakses skema bantuan keuangan bernama 'JobKeeper' jika dapat memberikan bukti penurunan 30 persen pendapatan lebih dari enam bulan terakhir.
Berbeda dengan perusahaan bisnis atau amal yang hanya perlu menunjukkan bukti satu bulan terakhir.
Juru bicara Departemen Pendidikan Australia mengatakan pemerintah "tidak mengetahui keberadaan universitas [besar Australia] yang pendapatannya menurun tajam di tahun 2020", sehingga harus butuhkan 'JobKeeper'.
"Pemerintah Australia mengetahui pentingnya pendidikan bahasa di universitas dan sekolah," ujar juru bicara departemen tersebut.
Haruskah Australia lebih fokus pada komunitas Asia?
Michiko Weinmann, peneliti studi bahasa di Deakin University, mengatakan Australia melihat bahasa Jepang, Mandarin dan Korea sebagai "bahasa strategis untuk keperluan perdagangan".
Sementara Bahasa Vietnam, Indonesia, India, dan Tagalog, dianggap sebagai bahasa yang dipakai komunitas tertentu.
"Penentuan posisi ini menyebabkan studi bahasa menjadi 'rentan' saat prioritas politik dan ekonomi bergeser, contohnya waktu peristiwa Balibo di Bali menyebabkan penurunan minat belajar Bahasa Indonesia," katanya.
Menurutnya, jika Australia menganggap pemahaman terhadap Asia sebagai hal yang penting, pemerintah perlu mengutamakan komunitas Asia pula.
Sejumlah universitas di Australia telah mengurangi staf-nya di beberapa program studi Asia
- Hasil Babak Grup Piala Asia U-17 2025: Indonesia dan Uzbekistan Digdaya, Australia Apes
- Kampanye Pemilu di Australia: Jarang Ada Spanduk, Lebih Menjual Kebijakan
- Lawatan Prabowo ke Luar Negeri Memperkuat Diplomasi Kawasan, Kemenlu: Ini Hasilnya
- Lady Gaga Bakal Gelar Konser di Australia Akhir Tahun Ini
- Dunia Hari Ini: Tiongkok Akan 'Melawan' Tarif yang Diberlakukan Trump
- Dunia Hari Ini: Serangan Israel Tewaskan 32 Warga Gaza dalam Semalam