Kekhawatiran Semakin Kencang Mempolitisasi Identitas di Indonesia

Najib menambahkan fenomena lain yang menguat di Indonesia adalah munculnya gerakan kelas menengah yang menyalurkan aspirasinya lebih secara emosional.
"Dikhawatirkan politik identitas ini akan terus digunakan hingga pemilihan presiden di tahun 2019 mendatang."
Ia juga menjelaskan bagaimana pengaruh identitas ini bisa menggiring individu menjadi tidak toleransi terhadap kelompok lain yang berbeda, hingga secara kolektif akan dianggap sebagai hal yang lumrah.
"Dalam kasus Anies saat pilkada, ia memang tidak menjanjikan penerapan hukum syariah untuk kelompok Islam, tetapi ia menggunakan simbol-simbol keagamaan untuk menciptakan imajinasi bahwa kelompok mereka merasa terwakili," jelasnya.
Tapi menurutnya menarik saat melihat pilkada di daerah-daerah yang pernah mengalami konflik, dimana justru ada upaya menggabungkan dua identitas berbeda.
"Ada kearifan lokal, seperti di Ambon misalnya, yang justru tidak menggunakan isu identitas sehingga memasangkan calon pemimpin yang berbeda agama, Islam dan Kristen, ini bisa dilihat apakah memiliki potensi untuk menjaga perdamaian?"

Foto: Adnan Ali, Flickr/adnanalley, Common creative
Transformasi gerakan radikal ke politik
Sementara itu Noor Huda lebih banyak menjelaskan soal radikalisme dalam kaitannya dengan intoleransi akibat adanya pemilahan identitas.
- Dunia Hari Ini: PM Terpilih Kanada Minta Waspadai Ancaman AS
- Dunia Hari Ini: Sebuah Mobil Tabrak Festival di Kanada, 11 Orang Tewas
- Dunia Hari Ini: Siswa SMA Prancis Ditangkap Setelah Menikam Teman Sekelasnya
- Dunia Hari Ini: Gempa Bumi Berkekuatan 6,2SR Mengguncang Turkiye, 150 Warga Luka-luka
- Tentang Hari Anzac, Peringatan Perjuangan Pasukan Militer Australia
- Dunia Hari Ini: Vatikan Umumkan Tanggal Pemakaman Paus