Kekhawatiran Semakin Kencang Mempolitisasi Identitas di Indonesia
Najib menambahkan fenomena lain yang menguat di Indonesia adalah munculnya gerakan kelas menengah yang menyalurkan aspirasinya lebih secara emosional.
"Dikhawatirkan politik identitas ini akan terus digunakan hingga pemilihan presiden di tahun 2019 mendatang."
Ia juga menjelaskan bagaimana pengaruh identitas ini bisa menggiring individu menjadi tidak toleransi terhadap kelompok lain yang berbeda, hingga secara kolektif akan dianggap sebagai hal yang lumrah.
"Dalam kasus Anies saat pilkada, ia memang tidak menjanjikan penerapan hukum syariah untuk kelompok Islam, tetapi ia menggunakan simbol-simbol keagamaan untuk menciptakan imajinasi bahwa kelompok mereka merasa terwakili," jelasnya.
Tapi menurutnya menarik saat melihat pilkada di daerah-daerah yang pernah mengalami konflik, dimana justru ada upaya menggabungkan dua identitas berbeda.
"Ada kearifan lokal, seperti di Ambon misalnya, yang justru tidak menggunakan isu identitas sehingga memasangkan calon pemimpin yang berbeda agama, Islam dan Kristen, ini bisa dilihat apakah memiliki potensi untuk menjaga perdamaian?"
Transformasi gerakan radikal ke politik
Sementara itu Noor Huda lebih banyak menjelaskan soal radikalisme dalam kaitannya dengan intoleransi akibat adanya pemilahan identitas.
- Ada Sejumlah Alasan Indonesia Menaikkan PPN, tetapi Apakah Sudah Tepat?
- Usia Penonton Konten Pornografi di Australia Semakin Muda
- Dunia Hari Ini: Israel Menyetujui Gencatan Senjata Dengan Hizbullah
- Siapa Saja Bali Nine, yang Akan Dipindahkan ke penjara Australia?
- Dunia Hari Ini: Menang Pilpres, Donald Trump Lolos dari Jerat Hukum
- Dunia Hari Ini: Kelompok Sunni dan Syiah di Pakistan Sepakat Gencatan Senjata