Kelas Menengah
Oleh: Dahlan Iskan
Tahun 2019 jumlah kelas menengah turun dari dari 23 persen menjadi 21 persen. Tahun 2023 turun lagi jadi 17 persen.
Angka penurunan di kelas menengah itu masuk ke kelompok calon kelas menengah. Karena itu jumlah calon kelas menengah naik –meski pun sebagiannya juga turun ke kelompok rentan miskin.
Alhamdulillah, angka kelompok terbawah tidak meningkat. Penyebabnya jelas: ditopang oleh bansos. Maka Chatib juga mengusulkan adanya 'bansos' untuk kelas rentan miskin dan calon kelas menengah.
Jangan-jangan penurunan itu sebagian akibat jadi korban judi online –maka ada ide mereka juga dapat bansos.
Chatib tidak memasukkan faktor judi online ke dalam angkanya. Maka angka belanja untuk judi online mestinya dibuka saja –untuk kepentingan statistik pengambilan keputusan.
Chatib mengusulkan ''bansos'', terpenting bagi kelas menengah, kelas rentan miskin, dan calon kelas menengah adalah lapangan kerja. Juga investasi untuk industri seperti pariwisata dan industri kreatif.
Saya mencatat penyebab lain penurunan itu. Dan ini sangat dirasakan oleh dunia usaha: sulitnya mencari sumber pendanaan.
Kelihatannya kredit macet di BUMN-BUMN tidak ada hubungannya dengan sektor swasta. Ada. Bank kini lebih keras ke sektor swasta. Kesulitan bank oleh perilaku BUMN seperti dibebankan ke sektor swasta.(*)
Bahasan paling hangat di kalangan intelektual sepanjang pekan lalu adalah Muhamad Chatib Basri. Menteri keuangan selama 1,5 tahun di akhir era SBY.
Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Tim Redaksi
- ICEBM Untar 2024 jadi Sarana Percepatan Pencapaian SDGs untuk Semua Sektor
- Debat Pamungkas, Andika Singgung 3,37 Juta Rakyat Miskin di Jateng
- Respons Ayah Vadel Badjideh Disebut Miskin oleh Nikita Mirzani
- Kokkang Ibunda
- RI Sulit Mencapai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Kalau Mengandalkan Kapasitas Fiskal
- Bergodo Kebogiro