Kelembagaan Pangan Perlu Direvisi
Rabu, 07 Desember 2011 – 07:39 WIB
Diduga, ada kepentingan asing agar pemerintah mengendurkan kontrol perdagangan pangan dan menyerahkan pada mekanisme pasar. "Ada kecenderungan pula, adanya tekanan negara maju untuk menghapus subsidi di bidang pertanian," katanya.
Baca Juga:
Selain itu, merebaknya wacana revisi UU pangan juga memicu perdebatan mengenai Kelembagaan Pangan. Itu menjadi sorotan publik setelah muncul wacana perombakan Badan Ketahanan Pangan (BKP) menjadi Badan Otoritas Pangan (BOP). Badan baru itu tercantum dalam pasal RUU pangan yang sedang digodok DPR. Di dalamnya disebutkan BOP akan dibentuk di pusat dan daerah-daerah. Ditegaskan pula BOP berfungsi sebagai regulator atau penyusun kebijakan sekaligus operator.
Tetapi, beberapa pakar pangan mengharapkan agar peran regulator dan operator dipisahkan. Ini untuk menghindari tumpang tindih kewenangan, terutama di daerah-daerah. "Jika tidak dipisahkan antara regulator dan operator, bisa jadi nanti BOP di daerah-daerah akan melakukan impor langsung bahan pangan, sehingga menciptakan persaingan di masing-masing daerah," kata Didin. (vit)
JAKARTA - Revisi Undang-Undang Nomor 7/1996 tentang Pangan yang tengah digodok di DPR menimbulkan banyak kritisi. Salah satunya dari Guru Besar Universitas
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Beragam Produk Properti Berkualitas Hadir di Pameran Summarecon Expo 2024
- Rembuk Tani jadi Cara Pupuk Indonesia Penuhi Kebutuhan Petani Sragen
- Harga Minyakita Tak Naik di Semua Daerah, Ah Masa?
- Dukung Industri dalam Negeri, Bea Cukai Beri Izin Fasilitas PLB ke Perusahaan Ini
- Gandeng LAPI ITB, Pertamina Patra Niaga Gerak Cepat Investigasi Kualitas Pertamax
- Mendag Klaim Harga Minyakita Bakal Turun Pekan Ini