Keliling Gang Sempit, Diiringi Live Caping Gunung

Keliling Gang Sempit, Diiringi Live Caping Gunung
Keliling Gang Sempit, Diiringi Live Caping Gunung
LAGU ciptaan Gesang yang dipopulerkan Waljinah itu terus didendangkan sayup-sayup oleh warga Sunter Agung RT 24 RW 01. Di manapun Meneg BUMN Dahlan Iskan berjalan menyusuri gang-gang sempit warga, lagu berjudul “Caping Gunung” itu seolah menjadi backing suasana live. Dengan perlengkapan musik khas anak jalanan, plus okulele yang kompak, sesekali membuat tangan dan kaki Dahlan ikut larut dalam ritme lagu itu.

 

ADA pertanyaan besar di benak Dahlan Iskan, darimana warga tahu bahwa lagu “Caping Gunung” yang berbahasa Jawa itu adalah salah satu favouritnya? Setting lagu itu terjadi 60-an tahun silam, di zaman perjuangan. Kisah laki-laki muda yang dulu dijaga, diberi makan sego jangung (nasi jagung, red), dan dipinjami caping gunung (topi kerucut dari anyaman bamboo, red) saat mendung tiba. Sekarang ada di mana dia?

Dari pintu masuk yang berjarak 100 meter, Dahlan sudah kagum dengan anak-anak muda yang kompak, sehat, dan nuansanya positif. Jauh dari kesan narkoba, jauh dari kenakalan. Mereka itu adalah Karang Taruna yang berbaju hijau dengan jogek khas, Iwak Peyek. Lalu dilanjut dengan show karate gadis-gadis remaja, dan bapak-bapak yang bermain campur sari dengan lagu “Caping Gunung” itu.

Lagu yang dibawa dengan sayup-sayup lembut itu rupanya membuat capek-capek Dahlan Iskan lenyap. Menteri yang hobi jalan pagi di Monas itu masih ingat liriknya. Mimik mulutnya kelihatan ikut bergerak, meskipun tanpa bersuara. “…Ndek jaman berjuang, jur kelingan anak lanang. Mbiyen tak openi, ning saiki ono ngendi…” begitu mimiknya mengikuti alur lirik lagu.

LAGU ciptaan Gesang yang dipopulerkan Waljinah itu terus didendangkan sayup-sayup oleh warga Sunter Agung RT 24 RW 01. Di manapun Meneg BUMN Dahlan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News