Kelompok HAM Khawatir Perusahaan Australia Memproduksi Senjata di Arab
Sebuah perusahaan Australia akan membantu pengembangan "senjata mesin berantai" jenis untuk Uni Emirat Arab (UEA), yang memicu kekhawatiran dari kelompok hak asasi manusia.
- Electro Optic Systems akan memproduksi persenjataan baru buat UEA yang dituduh terlibat kejahatan perang di Yaman
- Human Rights Watch menyebut perjanjian ini sangat mengkhawatirkan
- Departemen Pertahanan menolak untuk menjawab apakah pihaknya telah memeriksa perjanjian ini tak melanggar aturan
Bulan lalu, perusahaan bernama Electro Optic Systems (EOS) menandatangani perjanjian dengan Dana Pengembangan Strategis (SDF) Tawazun UEA, untuk membuat senjata berteknologi tinggi tersebut.
EOS merupakan perusahaan patungan yang akan memproduksi sistem persenjataan yang sangat mematikan.
Pasalnya, senjata ini dirancang dengan bobot lebih ringan, akurasi lebih baik, kemungkinan macet lebih rendah, pengurangan hentakan dan peningkatan dukungan logistik.
Menanggapi hal ini, Elaine Pearson, Direktur Human Rights Watch Australia menyebut perjanjian ini sangat mengkhawatirkan.
"UEA merupakan negara paling menonjol dari koalisi pimpinan Arab Saudi dalam perang di Yaman, yang telah melakukan kejahatan perang dengan impunitas," katanya kepada ABC.
"Mereka juga tidak boleh terlibat dalam usaha patungan dengan lembaga Pemerintah UEA untuk memproduksi senjata karena keterlibatan mereka dalam pelanggaran perang di Yaman," kata Elaine.
Sebuah perusahaan di Canberra akan membantu pengembangan senjata canggih di Uni Emirat Arab (UEA)
- Tampil Cantik di Premiere Wicked Australia, Marion Jola Dapat Wejangan dari Ariana Grande dan Cynthia Erivo
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan