Keluarga Korban Christchurch Harus Belajar Nyetir Sendiri Tiga Bulan Setelah Kejadian
Pada usia 45 tahun, Ambreen Naeem, seorang janda korban penembakan brutal di Christchurch (Selandia Baru) sedang belajar mengemudi.
- Sudah tiga bulan sejak penembakan di Christchurch
- Pada 15 Maret, seorang pria bersenjata menyerbu dua masjid dan menewaskan 51 orang
- Masyarakat menyumbangkan lebih dari $ 10 juta kepada para penyintas dan kerabat korban
Sekali seminggu dia bertemu dengan seorang instruktur dan sukarelawan dari organisasi nirlaba The Salvation Army untuk mengikuti kursus mengemudi gratis di sejumlah ruas jalan di pinggiran kota Christchurch yang tenang.
Suaminya Naeem Rashid dan putra tertua Talha Naeem, biasa melakukan seluruh tugas mengemudikan mobil di keluarganya.
Kemudian pada 15 Maret, kedua pria itu terbunuh di Masjid Al Noor di Christchurch tengah oleh seorang pria bersenjata yang menyerbu saat berlangsung shalat Jumat.
Dia kemudian melanjutkan terornya di Masjid Linwood, seraya menyiarkan langsung kedua serangan itu di internet ketika dia melakukan serangan tersebut.
Sebanyak lima puluh satu orang tewas, 49 orang terluka, banyak lagi yang trauma, dan warga Selandia Baru masih bertanya-tanya bagaimana kekejaman seperti itu bisa terjadi di negara mereka yang biasanya damai.
Tiga bulan kemudian, keluarga para korban dan korban berusaha untuk melanjutkan kehidupan sehari-hari mereka.
- Dunia Hari Ini: Kecelakaan Bus di India Telan Puluhan Nyawa
- Dunia Hari Ini: Setidaknya 10 ribu orang Tedampak Letusan Gunung Lewotobi Laki-laki
- Pendidikan dan Pengalaman Kerja Migran, Termasuk Asal Indonesia, Belum Tentu Diakui Australia
- Pemilik Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia Minta Lebih Diperhatikan
- Apakah Bentrokan Indonesia dengan Kapal Tiongkok di Laut China Selatan Pertanda Konflik?
- Jenazah WHV Asal Indonesia Belum Dipulangkan, Penyebab Kecelakaan Masih Diselidiki