Keluarga Korban Insiden Cebongan Tuding Polisi Tak Berempati

Keluarga Korban Insiden Cebongan Tuding Polisi Tak Berempati
Keluarga Korban Insiden Cebongan Tuding Polisi Tak Berempati
Meski demikian ia berharap kepolisian dapat bertindak lebih adil, karena saat ini warga Nusa Tenggara Timur (NTT) yang berada di Yogyakarta masih dicekam kekhawatiran. “Secara fisik memang tidak ada ancaman pada pihak keluarga. Tapi secara labelisasi, kita benar-benar merasa terancam. Opini yang terbentuk seolah-olah tindakan pembantaian itu benar, ini membuat kami tidak nyaman,” katanya.

Tekanan lainnya, lanjut Victor, saat ini juga muncul opini yang meluas di tengah masyarakat bahwa seolah-olah semua warga asal NTT adalah preman. “Seolah-olah saya yang hitam dan berambut keriting ini preman. Jadi ada pandangan-pandangan yang menggiring publik menerima opini ini. Padahal mereka (keempat korban,red) belum menjalani proses pengadilan dan belum dibuktikan apakah benar mereka preman. Harusnya proses hukum itu ada terlebih dahulu,” katanya.

Akibat adanya tekanan mental ini, Victor menegaskan rata-rata warga NTT di DIY belum dapat beraktifitas normal sebagaimana yang telah berlangsung puluhan tahun. “Ini karena secara psikologi, mereka masih agak terganggu dengan opini yang terbentuk tersebut,” katanya.

Sebagaimana diberitakan, hasil investigasi TNI AD, menyimpulkan penyerangan Lapas Cebongan, dilakukan 11 oknum Kopassus, Grup II, Kandang Menjangan, Kartasura. Disebutkan, aksi penyerangan dilakukan secara spontan pascatewasnya tewasnya Serka Heru Santoso, seorang anggota Kopassus di Hugo"s Cafe, beberapa hari sebelumnya. Keempat korban yang tewas di Lapas Cebongan merupakan tersangka dalam pembunuhan terhadap Serka Heru.(gir/jpnn)

JAKARTA – Kepolisian dituding tidak berempati terhadap keluarga korban penyerangan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Cebongan, Sleman, Yogyakarta.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News