Kematian Suami jadi Titik Balik Kehidupan Sulastri
Selain memperkaya varian produk, ia juga gencar memasarkannya di berbagai media sosial. Saat ini, produk-produk hasil tangan dingin Sulastri sudah dijual hingga ke China, Jepang dan Timur Tengah. ”Anak-anak juga bantu pasarkan lewat media sosial,” tuturnya.
Harga abon ikan buatan Sulastri amat terjangkau. Dijual pada kisaran Rp 30 ribu hingga Rp 50 ribu per bungkus. Kini pengusaha abon itu memiliki omzet per bulan rata-rata Rp 10 juta.
”Alhamdulillah, cukup untuk menyekolahkan anak-anak,” ujarnya. Kini, anak sulung Sulastri telah menjadi sarjana, sementara sang adik tengah kuliah di salah satu universitas di Ternate.
Sulastri mengungkapkan, selain kedua anaknya, kunci suksesnya dalam berwirausaha adalah ia tak malu memulai usaha. Meski pernah gagal, ia juga tak pernah patah semangat. ”Dan harus kreatif dalam menggeluti usaha,” tandasnya.(tr-03/kai/sam/jpnn)
SITI Sulastri harus menjadi tulang punggung keluarga sejak ditinggal wafat sang suami. Hanya dalam kurun waktu dua tahun, ia menjelma menjadi pengusaha
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara