Kembalinya Anak Pengungsi Khmer Merah
Pulang sebagai Komandan Kapal
Senin, 06 Desember 2010 – 12:22 WIB
SIHANOUKVILLE - Impian Michael Misiewicz terwujud. Setelah 37 tahun meninggalkan tanah kelahirannya, komandan 43 tahun tersebut tiba kembali di Kamboja Jumat lalu (3/12). Beberapa kerabat menyambut harus kepulangan pria bernama asli Vannak Khem tersebut. Setelah pertemuan mengharukan dengan kerabatnya Jumat lalu, Misiewicz menikmati kehangatan keluarga kemarin (5/12). Bersama seorang sepupu yang tidak disebutkan namanya, dia merasakan dinginnya Sungai Mekong. Keduanya duduk di pinggir sungai, bertukar kisah sambil memancing. Layaknya pemuda Kamboja, dia pun bermain air tanpa alas kaki.
"Chumreap suor, Om?" sapa Misiewicz sambil bersalaman dengan Samrith Sokha. Sapaan khas berbahasa Kamboja itu bermakna, "Apa kabar, Bibi?" Perempuan 72 tahun yang berada di hadapannya tidak kuasa menahan tangis. Keduanya lantas berpelukan. Saat masih bocah dulu, Misiewicz lebih banyak diasuh oleh Sokha ketimbang ibunya sendiri. Dia menganggap kakak perempuan ayahnya itu sebagai ibu angkat.
Baca Juga:
Bertemu sang bibi, merupakan cita-cita Misiewicz sejak lama. Tepatnya, setelah dia kembali dipersatukan dengan ibu dan saudara kandungnya di Amerika Serikat (AS) pada 1989 lalu. Jumat lalu, Sokha menemui Misiewicz di atas dek kapal penghancur USS Mustin bersama beberapa kerabat. Salah satunya adalah sepupu Misiewicz yang menjadi teman main saat kecil.
Baca Juga:
SIHANOUKVILLE - Impian Michael Misiewicz terwujud. Setelah 37 tahun meninggalkan tanah kelahirannya, komandan 43 tahun tersebut tiba kembali di Kamboja
BERITA TERKAIT
- Beda dengan Prabowo, Trump Tunjuk Utusan Khusus Presiden untuk Atasi Krisis Ukraina
- Wapres Sara Duterte Digugat Pidana oleh Kepolisian Filipina
- Rawhi Fattuh Jadi Calon Kuat Presiden Palestina, Siapakah Dia?
- Mahmoud Abbas Keluarkan Dekrit Demi Penggantinya di Jabatan Presiden Palestina
- BPK Dorong Tata Kelola Pendanaan Iklim yang Transparan dan Efektif
- Hubungan Presiden dan Wapres Filipina Retak, Beredar Isu Ancaman Pembunuhan