Kembangkan Teknologi Budi Daya Kedelai Guna Kurangi Impor

jpnn.com, JAKARTA - Tahun ini Kementerian Pertanian menargetkan untuk memproduksi satu juta ton kedelai.
Angka ini mengalami kenaikan cukup tinggi dibandingkan tahun 2021 yang hanya 200 ribu ton.
Peningkatan produksi perlu dilakukan sebagai antisipasi meningkatnya harga kedelai belakangan ini.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan konsumsi kedelai impor cukup tinggi karena harga jauh lebih murah dibandingkan kedelai lokal.
Saat ini, kata dia, kenaikan harga terjadi secara global sehingga menimbulkan kendala di pasar lokal.
"Konstraksi pada kedelai terjadi secara global. Selama ini tempe-tahu yang kita konsumsi banyak menggunakan kedelai impor. Karena harganya lebih murah. Pasokan kita aman, memang harga naik karena negara produsen mengalami kendala," katanya.
Syahrul menegaskan Kementan bersama stakeholder menjaga stabilitas harga kedelai di tengah polemik kenaikan harga.
Ada tiga agenda yang akan dilakukan Kementan untuk terus memantau pasokan dan harga kedelai dalam negri.
Pengawalan dan pendampingan teknologi di lapang sangat diperlukan untuk budi daya kedelai untuk mengurangi impor.
- Pertama di Indonesia, Pertamina NRE Manfaatkan AI untuk Memastikan Keandalan PLTS
- Bantu Nelayan, HNSI Dorong Pemerintah Pakai Teknologi Alternatif
- PT Ceria Siap Jadi Pemain Global di Industri Nikel, Produksi FeNi Perdana Akhir April
- IDCI Soroti Dampak Relaksasi TKDN Sektor TIK Terhadap Kemandirian Teknologi Nasional
- TSL 2025 Jadi Ajang Pamer Inovasi Pelajar di Bidang Sains dan Teknologi
- Mendunia, Herco Digital Raih Penghargaan di Asia Tenggara