Kemendikbudristek: Kegiatan Kewirausahaan di Perguruan Tinggi Vokasi Masih Rendah
Awalnya dia tidak memiliki rencana berbisnis selepas bangku kuliah, tetapi rencananya kemudian berubah. Di bangku kuliah Fathir mendapatkan materi perkuliah kewirausahaan dan menuntut dia menjalankan proyek bsinis.
Dari situ dia memilih di jalur bisnis. Awalnya masuk jurusan tersebut karena sudah jalur terakhir daripada tidak kuliah.
"Aku coba kuliah di vokasi dan tidak menyesal. Banyak dosen yang sampai sekarang membantu jalannya bisnis saya. Link di vokasi bagus,” tutur Fathir.
Pada kesempatan sama, CEO Digital Desa Sidik Permana mengungkapkan bentuk kewirausahaan makin beragam, termasuk social-entrepreneur (sociopreneur). Konsep sociopreneurship adalah menggabungkan konsep bisnis dengan isu sosial.
Satu dari sekian contoh sociopreneurship adalah Digital Desa, sebuah platform yang membantu desa melakukan transformasi digital di desa masing-masing.
Dibangun sejak 2019, saat ini Digital Desa (Digides) memiliki pengguna aktif sebanyak 429 desa terdaftar, 78 kabupaten, dan 6598 pengguna aplikasi.
“Digides hari ini berkutat di digitalisasi desa karena potensi yang ada adalah hampir 100 juta penduduk di desa punya literasi digital yang kurang, pelayanan publik banyak yang harus dibenahi,” ujar Sidik Permana.
Sementara Co-Founder & Partnership Director IDVolunteering Putri Agustina mengungkapkan untuk menemukan ide di bidang siciopreneurship, maka lulusan vokasi harus memiliki empati terhadap masyarakat dan mewujudkan empatinya.
Kemendikbudristek melakukan survei terhadap perguruan tinggi vokasi, hasilnya jauh dari ekspektasi
- Lewat Kegiatan Ini, Mahasiswa di Jatim Diajak Memahami Peran Penting Bea Cukai
- Ganesha Operation Bekali Siswa Sumsel Menghadapi Seleksi Masuk Perguruan Tinggi yang Ketat
- Pertama di Indonesia, Asosiasi Mahasiswa China di President University Resmi Berdiri
- Bangkitkan Ekosistem Gim Lokal, Kemenekraf Gandeng Polandia
- GO: Persiapan Matang Penting Bagi Siswa Agar Peluang Lulus Masuk PTN Makin Tinggi
- Seniman Faida Rachma Soroti Isu Hunian dan Kepemilikan di Jakarta Biennale 2024