Kemenpar Tebarkan Virus Wisata Halal di Makassar
jpnn.com - MAKASSAR – Strategi Halal Tourism terus disebarluaskan ke pelaku bisnis pariwisata di negeri ini. Tidak hanya di Lombok, Aceh dan Sumatera Barat yang memang diproyeksikan oleh Kemenpar sebagai Halal Destination. Tetapi juga di daerah lain yang industrinya ingin memformat untuk mendapatkan label “halal” dan acceptable untuk wisatawan halal. “Kali ini giliran di Makassar,” ujar Asisten Deputi (Asdep) Strategi Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar Watie Moerany.
Bertempat di Hotel Aerotel, Makassar, Sulawesi Selatan, Kemenpar menggelar Sosialisasi Strategi Kerjasama Pemasaran Wisata Halal yang dilaksanakan tanggal 31 Mei 2016. Memang, sebagian besar resto, cafe, hotel di Makassar sudah menggunakan pendekatan Halal, tapi klaim atau stampel “halal” oleh lembaga yang berwenang itu dipentingkan oleh wisatawan yang sensitif dengan status itu.
”Pak Menteri Arief Yahya telah menciptakan tim percepatan wisata halal. Ini yang membuat kita semua bergerak lebih cepat, untuk sosialisasi ke para pelaku bisnis,” ujar Watie Moerany. Menurut dia, ini merupakan sosialisasi keempat yang dilakukan oleh Kemenpar. Pertama, digelar di DKI Jakarta 10-12 Mei 2016, lalu Aceh 18-20 Mei 2016, Padang 23-25 Mei 2016, dan yang saat ini sedang berlangsung adalah Makassar 30 Mei hingga 1 Juni 2016. Untuk yang terakhir rencananya akan digelar di Bandung 2-4 Juni 2016.
”Saat ini yang ditetapkan dan dipilih serta diajak untuk menjadi destinasi yang mengolah potensi wisata halal adalah Aceh, Padang, Makassar, DKI dan Bandung. Nah sosialisasi ini giliran kami laksanakan di Makassar, semoga dampaknya baik untuk Makassar,” harapnya.
Kemenpar berjuang terus dengan mengundang semua pihak. Pihak-pihak yang diundang Kemenpar adalah semua lini Pariwisata dan insan Parwisata dengan tujuan agar semua rencana percepatan dapat terlaksana dengan baik. Undangan yang hadir diantaranya Direktur Politeknik, Ketua MUI, Ketua Badan Promosi Pariwisata Sulsel, Ketua PHRI Sulsel, Ketua Badan POM Sulsel, Ketua Pimpinan Media, pihak Kepolisian, Asita Sulsel, Asosiasi-asosiasi industri Pariwisata, manajer-manajer restoran di Sulses, pengelola objek wisata buatan maupun alam dan masih banyak lagi.
”Pergerakan wisatawan muslim di Indonesia sangat tinggi. Untuk Wisnus di perjalanan tahun 2015 terjadi 255 juta perjalanan dan pengeluaran total Rp 203.61 Triliun. Karena memang Wisata halal kenaikannya 100 persen cepat, akan menjadi generator besar pendapatan di tahun 2020, jadi sangat besar potensinya,” jelas Watie.
Wisata halal ini merupakan terobosan atas segmentasi pariwisata yang prospeknya sangat menjanjikan. Indonesia adalah peringkat ke 30 di dunia dengan pemeluk agama Islam terbanyak, yaitu 87,18 persen.
Menurut data Kemenpar, pengeluaran Wisatawan Muslim Nusantara pada tahun 2011 Rp 160, 3 Triliun, tahun 2015 Rp 179,2 Triliun. Pada tahun 2011 sampai dengan 2015 mengalami kenaikan sebesar 7 persen untuk rata-rata pertumbuhan capaian. Sedangkan pada tahun 2015 sampai dengan 2019 mengalami kenaikan sebesar 5 persen untuk rata-rata pertumbuhan target.
MAKASSAR – Strategi Halal Tourism terus disebarluaskan ke pelaku bisnis pariwisata di negeri ini. Tidak hanya di Lombok, Aceh dan Sumatera
- Pj Bupati Mimika Perintahkan Perbaikan Fasilitas RS Waa Banti Tembagapura
- Bupati Mimika Jelaskan Terkait Demo Aliansi Pemuda Amungme soal Perekrutan CPNS
- Pembongkaran Pasar Tumpah Bogor Dibatalkan, Warga Ancam Bongkar Sendiri
- Pengungsi Erupsi Gunung Lewotobi Dapat Bantuan 500 Kg Ikan Segar
- Muhammad Musa'ad Tegaskan ASN Pelayan Masyarakat, Bukan Bos yang Minta Dilayani
- Romadhan Jadi Tersangka Kecelakaan Speedboat di Sungai Musi, Sebuah Fakta Terungkap