Kementan Imbau Petani Kendalikan OPT Sejak Dini
jpnn.com, JAKARTA - Serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) merupakan salah satu faktor penyebab tidak tercapainya target produksi.
Untuk menekan serangan OPT harus dilakukan pengawalan sejak dini melalui pengamatan secara rutin.
Mulai persemaian sampai pertanaman. Pengamatan dipertanaman dimulai dari umur dua minggu setelah tanam (MST) hingga tanaman menjelang panen.
“Pengamatan OPT merupakan hal penting yang tidak boleh ditinggalkan. Sebab, dengan melakukan pengamatan kita dapat mengetahui keberadaan awal OPT, baik itu intensitas serangan maupun populasi di suatu wilayah,” kata Kepala Balai Besar Peramalan OPT (BBPOPT) Tri Susetyo, Selasa (9/10).
Tri menyatakan, mengetahui keberadaan awal OPT akan sangat menentukan keberhasilan panen.
“Dengan diketahuinya intensitas atau populasi awal OPT, kita dapat segera melakukan tindakan pengendalian yang tepat dan akurat sehingga OPT dapat dikendalikan dengan baik,” imbuh Tri.
Sementara itu, salah satu pejabat di BBPOPT Lilik Retnowati mengatakan, proses pengamatan OPT tidak hanya dilakukan oleh petugas pengamat hama, tetapi lebih baik dilakukan langsung oleh petani di lahan usaha taninya.
“Kami mengedukasi petani agar pengetahuan, sikap dan keterampilan (PSK) petani berubah dan meningkat. Utamanya petani melakukan pengamatan secara mandiri dan rutin di lahan usaha taninya agar tidak terjadi lagi kecolongan serangan OPT,” kata Lilik.
Serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) merupakan salah satu faktor penyebab tidak tercapainya target produksi.
- Menteri SYL Sampaikan Arah Kebijakan Pertanian Kementan Pada 2021
- Harga Kedelai tak Stabil, Mentan Syahrul Yasin Limpo Langsung Lakukan Ini
- Kementan Ungkap 10 Provinsi Produsen Jagung Terbesar Indonesia
- Realisasi RJIT Ditjen PSP Kementan di Kabupaten Bandung Melebihi Target
- Mentan SYL Tingkatkan Produksi Pertanian di Sulawesi Utara
- Covid-19 Tantangan Bagi Kementan untuk Penyediaan Pangan, Mohon Doanya