Kementan Imbau Petani Kendalikan OPT Sejak Dini
“Hingga saat ini petani masih terus melakukan pengamatan secara rutin yang dilakukan seminggu sekali. Pengamatan rutin menjadikan OPT tidak berkembang, sehingga panen bisa sukses,” ungkap Unda Suhanda, salah seorang alumnus Bimtekdal.
Unda mengaku ikut menyosialisasikan ke anggota lain karena hasilnya sudah dirasakan secara nyata.
Hasil panen saat ini (17 September 2018) menurutnya mencapai sebesar 7,5 ton per hektare.
Jumlah itu jauh lebih tinggi jika dibandingkan panen sebelumnya yang hanya 1,2 ton per hektare.
Rendahnya hasil panen pada saat itu disebabkan oleh adanya Zonk atau Klowor yaitu penyakit virus kerdil rumput/ kerdil hampa yang ditularkan oleh wereng batang cokelat (WBC).
Ke depan, pengawalan OPT sejak dini diharapkan terus dilakukan oleh petugas POPT yang bersinergi dengan petugas penyuluh lapangan dan kelompok tani agar panen di setiap musim berhasil.
"BBPOPT akan tetap konsisten mengawal daerah endemis OPT lainnya karena pengawalan OPT sejak dini sudah nyata mampu mengamankan produksi agar stabilitas produksi padi dapat kembali normal bahkan dapat meningkat," pungkas Tri. (adv/jpnn)
Serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) merupakan salah satu faktor penyebab tidak tercapainya target produksi.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Menteri SYL Sampaikan Arah Kebijakan Pertanian Kementan Pada 2021
- Harga Kedelai tak Stabil, Mentan Syahrul Yasin Limpo Langsung Lakukan Ini
- Kementan Ungkap 10 Provinsi Produsen Jagung Terbesar Indonesia
- Realisasi RJIT Ditjen PSP Kementan di Kabupaten Bandung Melebihi Target
- Mentan SYL Tingkatkan Produksi Pertanian di Sulawesi Utara
- Covid-19 Tantangan Bagi Kementan untuk Penyediaan Pangan, Mohon Doanya