Kementerian ATR/BPN: Girik Bukan Bukti Kepemilikan Tanah
jpnn.com, TANGERANG - Tenaga Ahli Menteri ATR/BPN, Iing R Sodikin Arifin menegaskan bahwa girik bukan merupakan bukti kepemilikan tanah. Dia memastikan sertifikat tanah lah yang menjadi bukti kepemilikan sahih atas tanah.
Hal tersebut, menurutnya ditegaskan dalam Surat Edaran (SE) Ditjen Pajak Nomor 32 Tahun 1993 tentang tindaklanjut larangan penerbitan girik.
Atas hal ini pula, Kementerian ATR/BPN mencabut izin PPAT nakal yang mengeluarkan AJB girik di atas SHM milik orang lain pasca adanya aturan itu.
Salah satunya adalah PPAT yang AJB atas girik tersangkut dalam perkara tanah di Salembaran Jaya, yang menjadi sengketa antara pengusaha Tonny Permana dengan Ahmad Ghozali.
"PPAT yang nakal termasuk kasus ini, sudah diberhentikan melalui Putusan Menteri tanggal 19 Januari Tahun 2022,” ucapnya, dalam sidang lanjutan perkara pertanahan itu di Pengadilan Negeri Tangerang pada Selasa, (8/3).
Dia mengamini, meski tanah dengan girik membayar pajak, itu diperbolehkan sebagai bukti pajak. Tetapi, Iing menegaskan, girik itu bukan bukti kepemilikan.
Dikatakannya, penjualan tanah dengan girik pada 2011 bisa dilakukan PPAT. Namun, ada kewajiban penyertaan BPN sebagai pengukur. Jika tidak ada pengukuran, hal itu justru dipertanyakan.
"Itu mandatory, kenapa harus diukur, agar tak terjadi dispute," tandasnya.
Makanya, Iing mempertanyakan adanya Akta Jual Beli (AJB) yang dibuat oleh PPAT berdasarkan girik yang secara bersamaan terdapat Sertifikat Hak Milik (SHM). Padahal, dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 37 Tahun 1998 diatur tentang jabatan PPAT.
Tenaga Ahli Menteri ATR/BPN, Iing R Sodikin Arifin menegaskan bahwa girik bukan merupakan bukti kepemilikan tanah
- Bank DKI Disomasi Terkait Pengambilalihan Aset di Jalan Wijaya
- Menteri AHY Janji Berantas Mafia Tanah Dago Elos
- Menteri AHY Soroti 2 Kasus Mafia Tanah di Wilayah Bandung
- Tok! Muller Bersaudara Divonis 3 Tahun 6 Bulan Penjara Buntut Sengketa Lahan di Dago Elos
- AHY Ungkap Kementerian ATR/BPN Berhasil Selamatkan Rp 5,71 Triliun Kerugian Negara
- Eks Ketua DPRD Kabupaten Jayapura Diduga Jadi Korban Mafia Tanah, Kuasa Hukum Merespons