Kementerian Baru dan Masa Depan Kebudayaan

Oleh Fathan Mubarak*

Kementerian Baru dan Masa Depan Kebudayaan
Kementerian Kebudayaan. Ilustrasi. Foto: source for JPNN

Candi Borobudur ditemukan seorang kapiten China di Yogyakarta dalam rupa bukit yang kemudian dieksplorasi oleh Raffles.

Begitu juga dengan situs Liyangan yang ditemukan seorang penambang pasir, situs Kota Lama Banten yang tertimbun lumpur, candi Muara Takus yang tertimbun endapan sungai, dan lain-lain.

Kabar buruk datang dari sebuah catatan Belanda yang melaporkan bahwa pada tahun 1800-an, wilayah Trowulan kehilangan sekitar 5 juta kubik tanah akibat penggalian illegal yang dilakukan para pemburu peninggalan Majapahit.

Di era yang sama, Keraton Yogyakarta dijarah tentara Inggris saat Geger Sapehi. Sejumlah pusaka kerajaan, arca, emas, naskah-naskah kuno, arsip kerajaan, perabotan, semua diboyong ke Eropa.

Lalu kita tercenung menyaksikan 360 ribu poselen hasil temuan diperjual-belikan oleh seorang pemburu harta bernama Michael Hatcher.

Pemburu harta lainnya asal Belgia, Luc Heymans, pernah mengangkut 270 ribu benda bersejarah berupa kristal, permata, kramik, porselen, mutiara, dan emas yang ditemukan di perairan pelabuhan Cirebon.

Hingga pada akhirnya, sebagai ahli waris sah peradaban Nusantara, kita hanya mengais sisa-sisa.

Salah satunya adalah Museum Nasional di Jakarta. Museum ini memiliki lebih dari 140.000 artefak, melampaui jumlah koleksi museum-museum yang ada di Asia Tenggara.

Pemerintahan Prabowo - Gibran hasil pemilu 2024 menjadi yang pertama dalam sejarah Indonesia yang menjadikan kebudayaan sebagai kementerian tersendiri.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News