Kemerdekaan Telah Mengubah Hidup Tiga Generasi Timor Leste di Australia

Insiden itu membuat Carla marah dan saat dirinya menjadi mahasiswa, ia semakin aktif dalam menggencarkan protes sampai membuat keluarganya khawatir ia akan dibunuh.
"Semakin tidak aman bagi saya untuk tetap [di Timor-Leste], perempuan menjadi sasaran perkosaan, [dan] saya bisa saja dibunuh," katanya.
Berkat koneksi keluarga, ia kemudian melarikan diri ke Victoria, Australia di tahun 1994, meski ia mengaku tidaklah mudah begitu saja untuk bisa lari ke Australia.
Carla menepis tuduhan jika Australia telah membantu Timor Leste untuk merdeka, karena saat itu Australia justru berpihak pada Indonesia, seperti yang juga disebutkan dalam sebuah dokumen intelijen Amerika Serikat soal misi penjaga perdamaian.
Pada 1999, Chung telah menjadi aktivis yang vokal dan membantu komunitas Timor di Melbourne untuk ikut berpartisipasi dalam referendum.
Saat hari referendum tiba, dirinya menjadi gelisah dan ketakutannya menjadi kenyataan setelah kekerasan militer meletus setelah referendum.
Kedua orangtuanya sudah kabur meninggalkan Dili dan dilaporkan 1.400 orang meninggal dalam insiden berdarah tersebut.
"[Kemerdekaan] tidak diberikan kepada kita seperti hadiah, tapi sesuatu yang kita dapatkan lewat darah dan air mata."
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia