Kemunculan Ormas Preman Selalu Warnai Dunia Politik Indonesia

Pada buku berjudul "Politik Jatah Preman: Ormas dan Kuasa Jalanan di Indonesia Pasca Orde Baru" -yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia Desember 2018 lalu, penulis Ian Douglas Wilson mencoba menguraikan bagaimana demokratisasi di Indonesia merubah pola relasi antara kelompok-kelompok kekerasan lokal dengan aparat negara.
Menurut Wilson -peneliti dari Murdoch University, Australia, ada kompleksitas di dalam hubungan-hubungan itu saat ini.
"Yang pertama, dulu mereka harus berinduk ke negara, jadi enggak mengherankan kelompok seperti Pemuda Pancasila, mereka tujuannya untuk membela NKRI, membela Pancasila dan sebagainya."
"Jadi mereka dianggap punya peran ideologis tapi juga peran di jalan untuk mengawasi, mengontrol unsur-unsur masyarakat, kekuatan sosial yang lain, yang mungkin dianggap mengancam negara," jelas Wilson kepada Nurina Savitri dari ABC melalui sambungan telepon.
Ia melanjutkan, "Pasca orde baru, pola-polanya berubah. Jadi ada yang mulai mengatasnamakan bukan membela Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia dan berinduk ke negara, tapi mereka punya identitas yang beda-beda."
Ada kebangkitan ormas yang berinduk ke identitas, sebut Wilson.
Misalnya di Jakarta, ia menyebut munculnya organisasi masyarakat Betawi, seperti FBR (Forum Betawi Rempug) dan Forkabi (Forum Komunikasi Anak Betawi).
Di bukunya, Wilson juga menceritakan soal keberadaan Front Pembela Islam (FPI) yang bermula dari tahun 1998/1999. Para pemimpin dan para pasukan FPI saat itu, paparnya, masih dirangkul oleh para pejabat tinggi dari TNI, dalam konteks Pamswakarsa.
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia