Kemunculan Ormas Preman Selalu Warnai Dunia Politik Indonesia
"Lembaga-lembaga penegakkan hukum kehilangan kepercayaan masyarakat. Namun pada bagian lain, ada lembaga penegakkan hukum justru mengambil keuntungan dari keadaan ini. Ormas menjadi perpanjangan tangan dari kegiatan ilegal aparat-aparat korup," ujarnya kepada ABC.
Photo: FBR merupakan salah satu ormas yang masuk dalam subyek penelitian Ian Wilson. (Supplied; Luthfi Hakim)
Kondisi ekonomi yang buruk, dinilai pria yang kini berprofesi sebagai pengacara ini, juga menyuburkan praktek tersebut.
"Bahkan dalam skala kecil, kita permisif bahkan mengamini praktek-praktek 'memalak' seperti di jalan-jalan saat putar balik kendaraan. Atau uang jago bagi para pengemudi angkutan umum," utaranya.
Ia berpendapat, praktek jatah preman semakin parah saat demokrasi langsung mulai diterapkan.
"Praktek membeli suara, money politics, beli nomor urut pencalegan semakin menjelaskan tidak saja ormas tapi juga partai menjadi fasilitatornya," sebut Tenry.
Sementara menurut politisi Gerindra, Miftah Nur Sabri, munculnya fenomena preman politik memang bertambah kompleks setelah reformasi berjalan.
Demokrasi dijadikan salah satu alat untuk mempertahankan keuntungan ormas preman.
- Universitas Australia Akan Jadi yang Pertama Gunakan AI di Asia Pasifik
- Dunia Hari Ini: Pesawat Azerbaijan Airlines yang Jatuh Kemungkinan Ditembak Rusia
- Rencana Indonesia Bangun Pembangkit Tenaga Nuklir Dikhawatirkan Memicu Bencana
- Dunia Hari Ini: Dua Negara Bagian di Australia Berlakukan Larangan Menyalakan Api
- Dunia Hari Ini: Harvey Moeis Divonis Enam Setengah Tahun Penjara
- Australia Membutuhkan Pekerja Lepasan yang Cukup Banyak Menjelang Akhir Tahun