Kemunduran Demokrasi jika Usulan Bamsoet Diterapkan

jpnn.com, JAKARTA - Ketua DPR Bambang Soesatyo menggulirkan wacana pemilihan presiden kembali dilakukan MPR, bukan dipilih rakyat secara langsung.
Setidaknya tiga alasan disampaikan Bamsoet. Pertama, h sistem pemilihan presiden yang berlaku saat ini menghabiskan biaya besar.
Kedua, Pilpres 2019 telah menciptakan perpecahan dan polarisasi yang tajam di masyarakat. Ketiga, pemilihan presiden oleh MPR akan mengembalikan marwah MPR.
Direktur Eksekutif Indonesian Public Institute (IPI) Karyono Wibowo menilai, wacana tersebut dipaksakan karena dari berbagai riset dan survei, mayoritas publik tetap menginginkan pemilihan langsung. Selain lebih demokratis, juga transparan.
“Apakah itu kehendak masyarakat atau bukan. Mayoritas responden dalam berbagai survei justru banyak menginginkan pemilihan langsung," kata Karyono dalam siaran pers yang diterima JPNN.com, Selasa (13/8).
Argumentasi Bamsoet yang menyebut bahwa pemilihan langsung menimbulkan sentimen SARA, menurut Karyono, tak bisa dijadikan dalih. Karena, ada instrumen hukum lain yang bisa menangani. Tinggal dipertegas saja jika ada perilaku SARA yang merusak, maka aparat hukum bisa bertindak. Adapun soal biaya besar, masih banyak celah lain untuk efisiensi.
“Kemudian soal politik uang, SARA, apa dasarnya juga. Kalau ada kendala di Undang-undangnya, tinggal dipertegas saja dari sisi hukumannya," ulasnya.
BACA JUGA: Kemendagri Beber Alasan Belum Terbitkan Perpanjangan SKT FPI
Sejumlah pihak menolak usulan Ketua DPR Bambang Soesatyo agar pemilihan presiden dikembalikan menjadi kewenangan MPR.
- Semangat Memperkuat Kembali Kinerja Perekonomian Nasional
- Merawat Asa Tata Kelola Pemerintahan yang Baik Walau Dirusak Perilaku Koruptif
- DRX Token Diluncurkan, Bamsoet Sebut Potensi Jadi Aset Kripto Terkemuka di Indonesia
- Film Pinjam 100 Segera Tayang di Bioskop, Bamsoet Ungkap Pesan Penting Sang Produser
- Bamsoet Kembali Dorong Berantas Mafia Tanah, Sebut 2 Hal Ini Jadi Kunci Utama
- Ungkap Keprihatinan, Bamsoet: Indonesia Butuh Strategi Baru untuk Berantas Korupsi