Kena Dampak Kebijakan PPDB , Sekolah Ini Hanya Dapat Dua Siswa Baru
Sekolah di kawasan Jalan Candi Kuwukan Baru, Lontar, itu memang terbilang tidak mudah untuk diakses.
Siswa yang tidak membawa kendaraan pribadi mesti naik angkot yang tidak berhenti tepat di depan sekolah. Mereka mesti berjalan kurang lebih 1,5 kilometer masuk ke perkampungan untuk bisa sampai di sekolah setelah turun dari angkot.
Selain itu, lanjut dia, banyak orang yang ternyata beranggapan bahwa sekolah tersebut sudah tutup. Itu tidak lain imbas dari penutupan SMA Garuda sekitar tiga tahun lalu.
Karena itu, banyak yang beranggapan bahwa SMP-nya juga ikut tutup, padahal tidak. "Sekarang kami fokus mengantarkan anak-anak ini sampai lulus. Kami berusaha jalankan sebaik-baiknya," tegasnya.
Sementara itu, kondisi SMP Taman Siswa masih jauh lebih beruntung. Mereka mendapatkan satu rombongan belajar (rombel) yang diisi 20 siswa.
Bahkan, jumlah itu meningkat dua kali lipat daripada tahun lalu yang hanya 10 siswa.
Sebelumnya, sekolah di kawasan Jalan Lempung tersebut juga aktif menggaet siswa, terutama yang terdaftar mitra warga dengan mendatangi rumah-rumah mereka.
Saat itu, pihak guru menemui bahwa banyak data siswa mitra warga yang dobel. Akhirnya, satu siswa diperebutkan oleh beberapa sekolah yang juga mendapati nama siswa itu pada daftar mitra warga di sekolah mereka.
Hanya ada dua murid yang resmi terdaftar sebagai siswa sekolah ini saat proses PPDB lalu.
- Gibran Minta Sistem Zonasi PPDB Dihilangkan, Mendikdasmen: Masih Pengkajian
- Mendikdasmen Abdul Mu'ti Ungkap Kebijakan PPDB, Tetap Sistem Zonasi?
- Gibran Bercerita tentang Suratnya yang Tidak Direspons Menteri
- Simak Pendapat 3 Cawagub Jakarta soal Sistem Zonasi PPDB
- Aktivis Pendidikan di Bandung Diduga Lakukan Pungli PPDB SMA 2024
- DPR Apresiasi Kinerja PPDB dan Merdeka Belajar di Jateng