Kena Prank
Oleh: Dahlan Iskan
Pagi ini saya sudah berdoa, sudah zikir pagi. Saya bisa menulis ini sambil menunggu pembeli.
Tentang toko ini:
Akhir September lalu, pemilik toko meminta dana sewa toko. Katanya, dia lagi butuh dana, sangat. Dia bilang enggak apa-apa dibayar enam bulan dulu. Nanti, bulan April tahun depan, baru dibayar untuk enam bulan berikutnya. Saya bayar yang enam bulan dari pinjaman itu.
Eh, ada masalah dadakan. Seminggu yang lalu ortunya wafat. Dan dia meminta yang enam bulannya lagi. Ya Allah ...peningnya nih kepala.
Saya mencoba cool calm. Dia butuh uang saya butuh waktu. Saya bilang, saya usahakan akhir November ya. Saya bilang enggak bisa dadakan begitu.
Dia setuju. Lega, masih bisa bernapas sebulan.
Tiba-tiba teman butuh bantuan. Anaknya belum bayar uang sekolah. Aduuuuh! Pusing karena toko belum hilang. Datang pula pusing baru.
Saya bilang, saya belum bisa membantu lagi. Namun, bagaimana ini, menyangkut urusan sekolah anak. Bagaimana kalau anaknya enggak bisa sekolah? Kebayang saya pontang-panting bulan Agustus lalu.
Ketika anak saya di-bully akibat uang sekolah. Saya jadi kasihan sama anaknya.
Ya sudahlah saya bantu. Namun, tidak semua (berharap semoga Allah bantu saya dimudahkan masalah saya sendiri).