Kenaikan HJE Rokok Tidak Mendukung Upaya Prokesehatan

"Diperkirakan tidak mampu menekan konsumsi," katanya.
Sebab, kata Roosita, rokok jenis Sigaret Kretak Mesin (SKM) dan Sigaret Putih Mesin (SPM) yang memiliki pangsa pasar tertinggi hanya naik lima sampai tujuh persen.
Kemudian, ujarnya, Sigaret Kretek Tangan (SKT) yang masih memiliki pangsa pasar rendah justru naik 18,6 persen.
"Fakta lapangan menunjukkan bahwa rokok dengan jenis SKM dan SPM banyak dikonsumsi remaja dan perokok pemula" kata dia.
Sementara itu, Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah pada dasarnya mendukung upaya pengendalian konsumsi rokok yang komprehensif.
Wakil Ketua MPKU PP Muhammadiyah Emma Rachmawati mengatakan pihaknya mendesak pemerintah melarang penjualan rokok secara eceran dan meningkatkan cukai agar harga sigaret sperti negara tetangga.
Emma juga menyebut pihaknya menyarankan pemerintah memperketat regulasi rokok konvensional maupun elektronik dalam mengendalikan konsumsi sigaret.
"Selain itu, edukasi dan kampanye bahaya rokok harus diperluas untuk melindungi masyarakat, khususnya generasi muda. Muhammadiyah siap berkontribusi dalam upaya preventif, kuratif, dan rehabilitatif demi mewujudkan Indonesia yang sehat dan bebas dari korban rokok," katanya. (ast/jpnn)
Penasihat senior CHED ITB-AD Mukhaer Pakkanna menyebutkan kebijakan HJE sulit menekan prevalensi perokok.
Redaktur : M. Adil Syarif
Reporter : Aristo Setiawan
- Edukasi Penggunaan Produk Tembakau Alternatif Penting Dilakukan
- Bea Cukai Malang Ajak Satlinmas dan Masyarakat Gempur Rokok Ilegal Lewat Kegiatan Ini
- Eks Direktur WHO Sebut 3 Faktor Penghambat Turunnya Prevalensi Merokok di Indonesia
- Muhammadiyah Pertanyakan Rencana Prabowo Evakuasi Warga Gaza ke RI
- Bea Cukai Yogyakarta Edukasi Masyarakat Bahaya Rokok Ilegal Lewat Program Beringharjo
- GAPPRI Sarankan Lebih Baik Kampanye Edukasi Dibanding Pembatasan Penjualan Rokok